Welcome

Selamat datang, semoga
bisa memetik hikma dari
berbagai isi Blog ini......
Jangan lupa tinggalkan
Pesan atau komentar....
Makasih..Salam Cahaya..

Reinkarnasi ( Bagian II )

Ini adalah sambungan dari tulisan sebelumnya (Reinkarnasi I) Jika belum membaca yg pertama maka sebaiknya dibaca dulu sebelum menyimak tulisan ini.. ) terimakasih semoga bermanfaat... ...Jay Yusuf...


2. Kasus Ma Hla Gyl Ma Hla Gyl adalah seorang gadis Myanmar berusia enam tahun yang mampu menunjukan kecerdasan luar biasa. Dia mampu mengingat dan membaca ayatayat Pali yang dikenal paling sulit. Ia juga mampu mendeklamasikan tanpa salah suatu halaman dari Pali Patthana setelah melihatnya selama satu menit dan mampu menjelaskannya artinya dalam bahasa Myanmar.

3. Kasus Tabib Meksiko Di Meksiko daerah Ver Cruz pada tahun 1880, seorang bocah tujuh tahun memiliki kemampuan untuk mengobati dengan menggunakan ramuan tumbuh-tumbuhan. Ketika ditanya darimana ia mengetahui ramuan-ramuan tersebut, ia mengatakan bahwa kehidupan masa lampaunya adalah seorang dokter besar yang bernama Jules Alpherese. Kemampuan ini telah berkembang pada usia empat tahun.

4. Kasus Bridey Murphy Morey Berenstein, seorang ahli hipnotis membawa nyonya Ruth Simmons dalam kondisi terhipnotis. Simmons menceritakan bahwa kehidupan sebelumnya berada di Irlandia, 160 tahun yang lalu. Namanya ketika itu adalah Bridey Murphy. Simmons memberikan penjelasan rinci mengenai Bridey Murphy pada saat itu mulai dari masa kecil hingga pernikahannya dengan pengacara bernama Brian McCarthy. Rumahnya dekat dengan Gereja Santa Theresa. Simmons sesungguhnya belum pernah keluar dari Amerika dan tidak mengenal daerah Irlandia. Setelah mendapat informasi secara detail, Bereinstein melakukan penyelidikan ke Irlandia untuk mencocokan dengan fakta yang diceritakan oleh Simmons. Ketika terbukti dengan akurat, kasus tersebut dipublikasikan dan menjadi pertentangan besar di Amerika. Orang yang tadinya tidak meyakini reinkarnasi sesaat kemudian merubah pendiriannya setelah membaca jurnal penelitian The Search for Bridey Murphy. Kasus ini cukup menghebohkan dan hampir tiap surat kabar memuat pandangan-pandangan pro kontra. Yang menentang menganggap bahwa kasus tersebut adalah usaha setan untuk memperdaya manusia. Para penentang yang lain dari kelompok materialis juga mempertahankan pendapat mereka tentang tiadanya kehidupan setelah kematian.

5. Kasus Michael Croston Michael Croston lahir di Liverpool, Inggris. Ketika umur 11 tahun ia mengunjungi kampung halamannya di Yorkshire. Sebelumnya ia belum pernah menginjakan kaki di desa tersebut. Ketika ia dan kedua orang tuanya melewati jalan sempit, tampaknya dia mengenali setiap kelokan. Ketika turun kabut tebal yang menutupi pandangan mereka sehingga sulit mencari jalan, Croston justru memberi petunjuk untuk mencapai daerah mereka ke sebuah rumah petani terpencil yang hanya bisa dicapai dengan rute yang membingungkan karena banyaknya kelokan. Kedua orang tuanya sangat terheran-heran dan Croston pun tidak bisa menjelaskan apapun bagaimana ia mengetahui rute itu semuanya. Malam itu, kedua orang tua dan pamannya membicarakan tentang kakeknya. Croston ikut mendengarkan dan ia juga mampu mengenali banyak peristiwa yang mereka perbincangkan. Dan pengetahuan yang menakjubkan itu telah menunjukan bahwa Croston adalah kakek yang diperbicangkan. Pagi berikutnya, Croston menunggang kuda dan mampu mengendarainya tanpa kesulitan walaupun selama ini ia belum pernah naik kuda sekalipun. Dan ia mengenali seluk beluk desa tersebut yang dilaluinya. Pada malam ke dua, Croston tidak dapat tidur. Ia merasa teringat tentang lonceng jam besar milik kakeknya yang berada diruang bawah tanah. Ketika jam menunjukan pukul dua dini hari, tiba-tiba ia bergegas turun menuju lonceng jam tersebut kemudian menjulurkan tangan ke balik jam tua tersebut. Croston kemudian menemukan kotak kaleng besar setelah menyentuh pegas rahasia. Di kaleng tersebut ditemukan seberkas surat. Croston menemukan simpanan kakeknya tersebut. Menurut sejarah keluarga tersebut, sang kakek ternyata meninggal pukul dua dini hari karena serangan jantung mendadak sehingga tidak sempat mengatakan dimana ia menyembunyikan simpanannya. Hingga hari ini, keluarga Croston masih menyaksikan seluk beluk penemuan Croston yang luar biasa. Portal Metafisika Indonesia

6. Kasus Dorothy Jordon Dorothy Jordon adalah seorang juru ketik di Liverpool, Inggris. Suatu hari ia pergi ke bioskop Liverpoll untuk menonton film sejarah tentang kematian Lady Jane Grey. Tiba-tiba pada pertengahan film ia berteriak : “Itu semua keliru!, aku tahu dimana aku, aku disana!” Dorothy kemudian memberi keterangan bahwa ia benar-benar merasa hidup dalam adegan-adegan tersebut. Ingatan-ingatan masa lalunya muncul setelah melihat berbagai adegan dalam film tersebut. Beberapa ingatan tersebut ada yang tidak sama dengan beberapa adegan film tersebut. Dalam film tersebut, Lady Jane Grey melongok keluar melalui jendela di menara Gordon. Dorothy bersikeras bahwa jendela tersebut terlalu tinggi bagi Lady Jane. Dalam film juga digambarkan kerumunan orang terdiam ketika ia menghadapi hukuman mati. Padahal Dorothy ingat bahwa orang-orang menjerit-jerit dan berteriak. Film itu juga tidak menampakan adanya seorang anak yang berlutu sambil berdoa di tempat penggantungan dan si penjagal memakai ikat pergelangan tangan berwarna hitam. Akhirnya penyelidikan sejarah terungkap setelah Dorothy menjelaskannya secara rinci. Dan memang ternyata apa yang dikatakan Dorothy benar! Jendela menara itu memang terlalu tinggi; ada anak yang berdoa sambil berlutut dan si penjagal memakai ikat pergelangan tangan hitam. Saat ini Dorothy diyakini pernah hidup sebagai Lady Jane Grey, wanita dalam penantian.

REINKARNASI : BUKTI NYATA KEADILAN TUHAN

Sebelum kita membahas dalil reinkarnasi dalam Al Quran dan Hadist ada beberapa pertanyaan yang mendasari mengapa teori ini muncul. Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini adalah :

1. Menurut pemahaman sebagian ulama Islam, surga dan neraka adalah kekekalan abadi setelah kita mati. Yang bertempat di neraka adalah mereka yang berbuat kejahatan dan yang menempati surga adalah mereka yang berbuat kebajikan. Nah apakah masuk akal jika kehidupan di bumi yang sangat singkat ini merupakan persiapan yang cukup untuk memasuki alam siksa abadi atau alam kesenangan abadi? Jika kehidupan yang singkat ini demikian menentukan untuk menuju alam abadi mengapa ada manusia yang hidup hanya beberapa minggu setelah dilahirkan dan mengapa manusia yang lain hidup sampai hampir 100 tahun? Disini kita akan mendapati orang yang berumur panjang akan memiliki resiko mendapat alam siksa abadi di banding manusia yang lahir sebentar lalu meninggal. Lah enak sekali menjadi bayi kemudian meninggal dunia dan masuk alam surga abadi. Padahal bayi tersebut tidak mengalami kesulitan/godaan hidup layaknya orang dewasa karena tidak sempat mengembangkan dirinya. Dimana keadilan Tuhan jika ia membiarkan seseorang hidup hanya beberapa saat kemudian memasukan ke alam kebahagiaan abadi tapi dilain pihak Tuhan membiarkan seseorang hidup cukup lama kemudian mencampakannya ke alam kesengsaraan abadi? Silahkan anda renungkan dengan hati yang jernih.

2. Berdasarkan pendapat kebanyakan ulama, orang yang beragama Islam masuk surga dan yang beragama non Islam masuk neraka selamanya. Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana dengan nasib orang yang lahir dalam keluarga non muslim? Atau bagaimana mereka yang hidup di suatu tempat dimana agama Islam tidak dikenal sama sekali? Sungguh beruntung manusia yang lahir dalam keluarga muslim dan sungguh celaka mereka yang lahir dalam keluarga non muslim atau hidup di daerah yang tidak mengenal agama Islam. Pernahkan kita memikirkan bagaimana jika kita terlahir dalam keluarga non muslim? Saya yakin tidak banyak dari kita yang memikirkan hal ini atau mungkin lebih tepatnya tidak peduli!. “Ah saya kan sudah beragama Islam sejak lahir, masa bodoh dengan agama orang lain. Biarkan saja mereka masuk neraka, toh itu sudah takdir Tuhan, yang penting kan saya masuk surga”. Weleh..weleh.. kalau kita sudah tidak memiliki empati terhadap penderitaan orang lain berarti diri kita masih terkurung oleh ego, suatu penyakit hati yang harusnya dilenyapkan! Lalu dimana keadilan Tuhan jika surga/neraka didapat berdasarkan kepemelukan agama tertentu? Tentulah tidak mudah menentukan keyakinan akan kebenaran suatu agama. Bagi yang lahir muslim tentu akan meyakini Islam adalah agama yang paling benar dan yang lain sesat. Begitu juga jika lahir dalam keluarga non muslim tentu akan meyakini agamanya yang paling benar dan lainnya sesat. Tidak mengherankan banyak orang yang pusing memilih agama dan akhirnya netral dan tidak memilih agama apapun namun tetap percaya keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.

3. Pertanyaan lainnya : mengapa di dunia ini ada orang yang kaya dan yang lain miskin tertindas? Mengapa si A dilahirkan ditengah keluarga yang makmur sedangkan si B lahir dalam keluarga yang miskin? Mengapa bukan si B yang lahir dalam keluarga kaya raya sedangkan si A lahir dalam keluarga miskin? Mengapa si C lahir dalam keadaan cantik dan si D buruk rupa? Mengapa si E lahir dalam keadaan jenius sedangkan si F bodoh atau bahkan terbelakang mental? Mengapa si G lahir dalam keadaan cacat sedangkan si H lahir dalam kondisi sehat tanpa kurang suatu apapun? Mengapa si J seringkali berusaha dengan keras namun gagal terus menerus sedangkan si K tanpa bersusah payah malah dapat mencapai keberhasilan ?

4. Lalu apa jawaban kita terhadap kelahiran manusia-manusia istimewa atau anak indigo berikut ini :
a. Mozart, musisi jenius yang mampu menggubah lagu dalam usia 6 tahun.
b.  Beethoven musisi jenius yang memukai publik dalam usia 7 tahun.
c. Bentham, dalam usia 4 tahun mampu membaca dan menulis dalam bahasa Latin dan Yunani.
d.  Voltaire, mampu menceritakan dongeng Fontaine ketika berusia 3 tahun.

e.  Christian Heinecken yang mampu berbicara beberapa jam setelah kelahirannya, menguraikan isi Al Kitab pada umur setahun, menjawab pertanyaan geografi dalam usia dua tahun, bicara dalam bahasa perancis dan latin dalam usia ke tiga dan menjadi pelajar filsafat dalam usia 4 tahun.

f. Ferruco Burco, bocah Italia yang mampu memimpin orkestra simfoni dalam usia empat tahun.
g.  Giancella de Marco, gadis Italia yang memimpin London Philharmonic Orchestra pada usia delapan tahun. h.  Thomas Macaulay, mampu berbicara layaknya orang dewasa saat masih berusia setengah tahun. Menjadi penulis sejarah pada usia tujuh tahun.

Menarik sekali kehidupan anak-anak indigo tersebut, dan hampir ditiap negara selalu lahir bocah-bocah jenius dan uniknya sebagian besar mereka berasal dari orang tua yang sama sekali tidak memiliki keahlian apapun. Nah, ada rahasia apa dibalik semua ini? Mengapa nuansa kehidupan diatas terjadi didunia? Kalau kita pahami secara awam jelaslah bahwa terjadi diskriminasi atau ketidakadilan diantara sesama manusia. Di satu sisi, Tuhan nampaknya menciptakan manusia-manusia yang beruntung namun di lain sisi Tuhan menciptakan manusia yang kurang beruntung. Nah, apa jawaban kita terhadap berbagai pertanyaan diatas? ah... itu kan sudah takdir Tuhan... sampeyan tidak boleh menggugat Tuhan dong....bukankah takdir baik dan buruk sudah ditentukan sendiri oleh Tuhan dan harus diterima manusia dengan pasrah. Ya..ya..ya inilah jawaban kebanyakan orang terhadap pertanyaan diatas yaitu sudah menjadi takdir atau kehendak Tuhan. Segala sesuatu yang menimpa manusia adalah takdir dari Tuhan yang harus diterima manusia.

Sejujurnya saya katakan, jawaban ini sangat tidak memuaskan dan tidak masuk akal karena seakan-akan Tuhan itu pilih kasih dengan menguntungkan sebagian manusia dan menzalimi sebagian manusia lain. Padahal di Al Quran telah dijelaskan bahwa Tuhan sama sekali tidak menzalimi manusia. Simak ayat berikut :
Yang demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya. (Q.S Al Anfaal (8) : 35)

Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (Q.S Yunus (10) : 44)

Barang siapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu dan barangsiapa yang beramal saleh maka dia telah mempersiapkan diri buah dari amal salehnya itu. (Q.S Ar Ruum (30) : 44)
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat menghindar (dari azab Allah) di muka bumi. (Q.S Asy Syuura (42) : 30-31)

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah itu adalah untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan kejahatan maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (Q.S Al Jaatsyiah (45) : 15)

Lima ayat diatas dengan sangat jelas menerangkan bahwa segala sesuatu yang menimpa manusia adalah akibat perbuatan manusia itu sendiri sehingga jawaban “Takdir (kehendak) Tuhan” adalah jawaban yang tidak tepat. Jawaban ini jelas telah mengkambinghitamkan Tuhan dengan mengatakan bahwa itu adalah perbuatan Tuhan padahal Tuhan sama sekali tidak menzalimi atau merugikan manusia. Tuhan hanyalah menjalankan roda hukum alam yang telah ditetapkan-Nya. Sedangkan manusia itu sendiri adalah bagian dari hukum alam yang telah ditetapkan Tuhan. Karena hukum alam berjalan di bawah kehendak Tuhan, maka seakan-akan segala sesuatu yang menimpa manusia adalah atas kehendak Tuhan semata.

Sayang sekali, dalam berbagai terjemahan Quran, kata man yasya’ diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia “Allah menghendaki”. Tentu saja terjemahan demikian melanggar pernyataan bahwa Allah tidak merugikan manusia sedikit pun. Terjemahan yang seharusnya lebih tepat adalah “Allah menghendaki kepada manusia yang berkehendak kepada-Nya”. Jika manusia ingin sesat maka akan dibiarkannya sesat dan jika menginginkan petunjuk-Nya maka akan diberinya petunjuk. Dengan kata lain, Allah memberikan petunjuk kepada manusia yang menghendaki petunjuk-Nya.

Hal ini dikuatkan pula oleh sebuah Hadist : Dari Abu Zar. r.a, Nabi bersabda : Allah berkata kepadaku, Wahai hamba-Ku, Aku (Allah) haramkan atas diriku berbuat aniaya, begitu pula antara sesamamu. Wahai hamba-Ku, semua kamu sesat kecuali orang yang dapat petunjuk dari-Ku, maka mintalah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku beri petunjuk. (H.R Muslim)

Dari berbagai fakta dan penjelasan yang telah disampaikan diatas, maka jawaban yang memuaskan dan masuk akal terhadap semua pertanyaan diatas adalah adanya hukum sebab-akibat, yaitu melalui mekanisme REINKARNASI atau kelahiran kembali. Ya! Inilah satu-satunya jawaban yang masuk akal, jujur dan didukung juga dengan dalil-dalil Quran, Hadist dan fakta kehidupan. Jadi, adanya manusia yang lahir dalam keadaan cacat-sehat, bodoh-jenius, miskin-kaya dan lain sebagainya adalah akibat perbuatan manusia itu sendiri. Perbuatan yang manakah? Perbuatan yang dilakukan pada kehidupan-kehidupan lampau sebelum manusia itu dilahirkan sekarang. Kita yang sekarang ini ternyata bukanlah kita yang baru dicipta. Tapi, kita yang sekarang ini adalah manusia yang telah lahir beberapa kali, ratusan, ribuan, bahkan ratusan ribu kali. Dengan demikian, teori reinkarnasi telah memberikan jawaban yang masuk akal mengenai masalah takdir baik dan buruk yang menimpa manusia.

Ingat! agama adalah akal dan ini telah pula disabdakan Rasulullah saw : “agama itu akal, tidak ada agamanya untuk orang yang tidak berakal”. Pada kasus yang lain, ada banyak penduduk di desa yang terkena bencana alam seperti longsor, banjir apakah itu akibat perbuatannya juga? padahal kan mereka tidak menggunduli hutan? malah orang yang menggunduli hutan itu selamat karena tinggal di kota yang notabene lebih aman. Bagaimana menjelaskan ini semua ?
Begini saudaraku, orang yang terkena bencana alam itu tentu saja pernah melakukan perbuatan yang merusak bumi juga. Tapi tidak di kehidupan sekarang! Melainkan di kehidupan yang lalu. Jika di kehidupan yang sekarang terkena bencana maka hutang perbuatan merusak itu telah terbayar. Itulah sebabnya nabi SAW pernah menyebut dalam Hadistnya bahwa manusia yang meninggal karena bencana alam itu termasuk mati syahid dan masuk surga. Ya itu karena hutang perbuatannya telah terbayar! Lalu bagaimana dengan para mafia yang melakukan penggundulan hutan tapi bersembunyi ke pusat kota sehingga selamat dari bencana alam? Ya memang mafia itu selamat dan masih bisa tertawa terkekeh-kekeh hingga sekarang bahkan mungkin sampai mati pun ia tidak tertimpa bencana alam. Tapi jangan salah... yang tertimpa bencana nanti ya generasi selanjutnya. Nah generasi selanjutnya itu ya para mafia itu sendiri dalam bentuk fisik yang lain. Perbuatan jahat sekecil apapun pasti ada balasannya.

Barang siapa beramal kebajikan meski sebutir debu niscaya akan dirasakannya. Dan barang siapa yang beramal keburukan meski sebutir debu niscaya akan dirasakannya pula. (Q.S Al Zalzalah (99) : 7-8)
Meski mafia hutan itu pada kehidupan yang sekarang masih bisa selamat tapi di kehidupan yang akan datang tidak akan bisa melarikan diri dari azab Allah. Hakekatnya bukan Allah yang mengazab mereka tapi mereka sendiri yang mengazab. Ada sebab, ada akibat. Untuk apa di azab? agar mereka menyadari kekeliruan mereka dan dapat kembali ke jalan yang benar. Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut akibat perbuatan
manusia.

Dan Dia membuat mereka merasakan sebagian buah perbuatannya, sehingga mereka dapat kembali ke jalan
yang benar. (Q.S Ar Rum (30) : 41)

Pada ayat tersebut dikatakan bahwa Tuhan membuat “mereka” merasakan sebagian buah perbuatannya. Siapa yang dimaksud dengan “mereka” itu? Ya tentu saja orang yang berbuat kerusakan yang akan merasakan akibat perbuatannya. Jika orang yang merusak sekarang itu bernama “A” maka dikehidupan yang akan datang dia akan tertimpa azab dengan nama “B”. Tubuhnya berbeda tapi jiwanya sama saja yaitu jiwa yang melakukan kerusakan di bumi. Untuk lebih menyakinkan, perhatikan ayat dibawah ini :

Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi atau pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam “kitab” sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S Al Hadiid (57) : 22) Pada ayat tersebut, dikatakan bahwa bencana yang menimpa bumi atau seseorang sesungguhnya telah tercatat pada sebuah “kitab”. Kapan dicatatnya? Ya sebelum kita dihadirkan dibumi ini yaitu berdasarkan perbuatan kita dikehidupan sebelumnya.

Ayat ini jangan ditafsirkan, bahwa Tuhan telah mentakdirkan baik-buruknya kehidupan manusia dan dicatat dalam kitab-Nya. Tuhan tidaklah menetapkan takdir sebagaimana yang dipahami oleh sebagian besar umat Islam hingga sekarang ini yakni takdir baik dan buruk itu ditetapkan oleh Tuhan di zaman azali, sebab jika itu benar maka artinya Tuhan telah berbuat zalim pada hamba-Nya. Pada ayat diatas dinyatakan bahwa semua bencana dicatat sebelum “kami” mewujudkannya. Ternyata yang mencatat bukanlah “Aku” (Allah) semata melainkan “Kami”. Nah, kata “Kami” mengandung arti Tuhan melibatkan ciptaan-Nya yang dalam hal ini adalah manusia. Jadi manusialah yang membuat blue print dan teken kontrak takdirnya sendiri pada kehidupan mendatang dan Tuhan tinggal memfasilitasinya atau “tanda tangan” saja pada kitab tersebut agar terwujud takdirnya. Hal ini dikuatkan kembali dalam Quran :


Sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang mati dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Q.S Yaasiin (36) : 12)

Jika kita membaca ayat Yaasiin diatas dengan seksama, maka akan tampak jelas sekali bahwa “Kitab” takdir manusia ditulis berdasarkan apa yang manusia kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Apa maksud “bekas-bekas yang mereka tinggalkan” ? Ya tentu saja jejak atau perbuatan hidup mereka pada kehidupankehidupan sebelumnya. Tuhan memfasilitasi manusia melalui kitab hukum sebabakibat dan semua manusia mengikuti hukum tersebut. Nah, karena kita sendiri yang “teken kontrak” takdir, maka di ayat lanjutannya (Al Hadiid ayat 23), kita diingatkan Tuhan agar tidak bersedih jika mengalami suatu kegagalan dan tidak boleh sombong jika mendapat kesuksesan. Sebab segala kesulitan dan keberuntungan hidup kita sekarang ini adalah buah dari perbuatan kita di masa kehidupan sebelumnya.

Simak ayat berikut ini : (Yang kami jelaskan itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S Al Hadiid (57) : 23)

“Allah tidak membebani suatu jiwa diluar kesanggupannya. Sekarang ini ia hanya mendapatkan imbalan dari apa yang pernah diusahakan dan mendapatkan siksaan dari kejahatan yang telah dilakukannya.” (Q.S Al Baqarah (2) : 286)

Kesimpulannya adalah jika seseorang hidup penuh dengan keberuntungan misalnya dilahirkan dalam keluarga kaya raya atau memiliki bakat seperti kejeniusan maka itu adalah buah dari perbuatan/kebajikan yang dilakukan pada kehidupan sebelumnya. Dan bagi yang terlahir dalam kondisi kurang menguntungkan seperti cacat, miskin, selalu terkena bencana maka itupun akibat dari perbuatan sebelumnya yang jelas menyimpang dari jalan Tuhan. Lalu, bagaimana dengan kasus munculnya manusia-manusia istimewa seperti yang telah diceritakan sebelumnya? Apakah mereka diberikan bakat oleh Tuhan secara sim salabim? Tentu saja tidak! Beberapa manusia istimewa seperti Mozart, Heinecken, Einstein dan lain sebagainya yang memiliki kejeniusan bukanlah mendapat anugerah yang begitu saja turun dari langit. Mereka telah memupuk keahliannya di kehidupankehidupan sebelumnya sehingga ketika lahir kembali ke dunia, keahliannya tersebut telah terekam di alam bawah sadarnya. Ketika mereka dilahirkan kembali, memori keahlian tersebut akan terbangkitkan dengan sendirinya.
Jika di kehidupan sebelumnya kita pernah belajar fisika maka dikehidupan yang sekarang fisika akan menjadi lebih mudah dipelajari. Hal ini berbeda jika pada kehidupan sebelumnya tidak pernah belajar fisika maka kehidupan yang sekarang akan pusing tujuh kelilling belajar fisika. Kalau kita perhatikan, peradaban manusia kian lama ternyata kian canggih. Manusia senantiasa bertambah cerdas dari masa ke masa. Jaman dulu untuk pergi ke suatu tempat adalah dengan berkuda, sedangkan jaman sekarang sudah menggunakan pesawat terbang. Nah, jika dikaitkan dengan reinkarnasi, ini artinya manusia-manusia yang lahir sekarang ini telah memupuk keterampilan dan pengetahuannya dari kehidupan sebelumnya sehingga tidaklah mengherankan jika bumi yang semakin tua ini juga akan dihuni oleh manusia-manusia yang makin “tua” ruhaninya. Semakin tua ruhani manusia maka tingkat kecerdasannya pun akan semakin tinggi. Jadi tidak mungkin kejeniusan tersebut di dapat secara instan atau dalam satu kali kehidupan saja. Semua ada proses yang harus dilalui. Bahkan

Allah sendiri tidak menciptakan sesuatu secara instan, sim salabim, abrakadabra! layaknya pesulap.
Alam semesta sendiri diciptakan Allah dalam proses enam masa lamanya. Manusia pun diciptakan melalui proses bertemunya dua sel telur. Semua ciptaan-Nya itu akan terus berproses hingga ciptaan tersebut makin sempurna. Dalam Quran dikatakan :

Yang menciptakan dan menyempurnakan (ciptaan-Nya). (Q.S Al A’laa (87) : 2)
Berdasarkan penjelasan diatas, sekarang kita bisa lebih memahami tujuan Tuhan menciptakan sesuatu dengan melalui proses yaitu agar ciptaan-Nya itu semakin sempurna dan sebagai pembelajaran bagi manusia yang mau menggunakan akalnya. Nah, dengan memahami reinkarnasi, kita menjadi lebih tahu betapa adilnya Tuhan dan bukan malah mengkambinghitamkan Tuhan dengan mengatasnamakan takdir.

Mentang-mentang tidak punya jawaban yang masuk akal, malah kemudian Tuhan yang dijadikan kambing hitam. Jadi, manusia akan menuai akibat berdasarkan perbuatan yang dilakukannya sendiri. Inilah yang disebut sebagai sunnatulah dalam istilah Islam, atau karma dalam istilah agama-agama timur atau hukum kausalitas (sebab-akibat) dalam terminologi ilmu pengetahuan. Perbuatan baik akan berbuah baik dan perbuatan buruk berbuah buruk. Biji mangga yang buruk tidak akan pernah menghasilkan pohon mangga yang sehat berbuah ranum dan manis.
Perjalanan ruh (evolusi ruh) yang demikian panjang akan makin menyempurnakan ruh itu sendiri. Semakin tua usia ruh seseorang maka ia akan memiliki keunggulan lebih dibanding mereka yang usia ruhnya masih muda. Pada beberapa kasus, usia ruh yang muda biasanya terkondisikan pada kelahiran anak yang dilahirkan dalam kondisi keterbelakangan mental. Belum banyak pengalaman yang didapat sang ruh dalam perjalanan kehidupannya sehingga ia belum mampu menangkap secara cerdas kehidupannya yang sekarang. Jika kita menemukan bocah yang jenius, meski secara fisik usianya lebih muda daripada kita namun usia ruhaninya bisa dipastikan lebih tua dari kita. Ruhnya berarti telah banyak makan asam garam, lebih berpengalaman daripada kita yang memiliki usia ruhani muda.

Mungkin ada yang bertanya, jika reinkarnasi itu memang ada kenapa kita tidak dapat mengingat kehidupan sebelumnya? Untuk menjawab pertanyaan ini maka saya akan balik bertanya, apakah anda ingat kehidupannya sendiri ketika masih bayi atau kanakkanak? Lah, untuk mengingat masa kecil saja kita sudah tidak ingat lagi bagaimana mengingat masa lalu? Bahkan kehidupan 1-2 tahun ke belakang saja kita kesulitan mengingat. Justru disinilah Maha Rahman dan Rahimnya Tuhan sebab jika kita bisa mengingat kehidupan-kehidupan pada masa lampau malah justru akan membebani hidup kita yang sekarang, bisa jadi stres bahkan gila!. Bayangkan jika kita pernah menjadi pembunuh, pemerkosa, koruptor dan lain sebagainya maka sudah tentu kita akan nangis-nangis sendiri mengingat perbuatan kita yang kotor.

Dengan kasih sayang-Nya lah membuat kita lupa pada masa lalu. Dan hanya orang tertentu saja yang –telah matang spiritualnya- mampu mengingat kehidupan masa lalunya. Loh... Jika manusia itu sudah lupa masa lalunya bukankah nanti ia bisa berbuat jahat lagi? Nah kita harus tahu, meski kita lupa pada masa lalu, bukan berarti ingatan itu tidak ada sama sekali. Pengalaman-pengalaman kita pada kehidupan lalu tetap terekam di alam bawah sadar. Maka itu, kita sering melihat ada balita yang periang, pendiam, suka menangis, pemarah dan lain sebagainya. Sifat-sifat itulah refleksi dari kehidupan sebelumnya. Jika alam bawah sadarnya menyimpan banyak kebajikan (pahala) maka di kehidupan yang sekarang dia akan menjadi manusia yang berahlak baik, hidup bahagia dan sejahtera (mendapat surga). Meski jadi pejabat pun dia tidak akan korupsi. Tapi jika alam bawah sadarnya menyimpan banyak kejahatan (dosa) maka kecenderungan berbuat jahat itu tetap ada dan hidupnya pun akan sengsara serta akan terus mengalami siklus hidup-mati. Diatas telah dijelaskan bahwa rekaman kehidupan masa lalu manusia tersembunyi di alam bawah sadar manusia. Pertanyaannya adalah, bisakah manusia mengingatnya kembali? Jawabannya adalah bisa! namun tidak mudah.

Para ilmuwan biasanya menggunakan tehnik hipnoterapiis Tehnik ini telah diakui dan digunakan dalam bidang ilmu psikologi, bahkan di negara maju ilmu ini telah biasa diajarkan di universitas dan menjadi salah satu fakultas. Metode hipnoterapi ini dulunya digunakan juga untuk pengobatan medis Dan sampai sekarang inipun, hipnoterapis masih digunakan untuk penyembuhan yang bersifat psikologis seperti menghentikan kebiasaan rokok, minuman keras, trauma dan lain sebagainya.

Dalam kasus reinkarnasi, seseorang yang ingin diketahui masa lalunya akan dihipnoterapis terlebih agar masuk ke alam bawah sadarnya. Kalau sudah demikian maka ia akan bercerita tentang kehidupannya dimasa lampau. Namun demikian tidak semua orang bisa dihipnoterapis karena bergantung kualitas ruhaninya dan faktor lainnya. Tehnik lain yang bisa digunakan untuk menembus ingatan masa lampau adalah tehnik meditasi. Biasanya mereka yang mampu menggunakan tehnik ini telah memiki kecakapan spiritual yang mumpuni. Jadi agak sulit menggunakan cara ini untuk orang awam. Diperlukan latihan yang khusus untuk bisa menguasainya. Atau jika kehidupan sebelumnya kita pernah mendalami hal spiritual maka di kehidupan yang sekarang hampir bisa dipastikan kita bisa melacak kehidupan masa lalu seperti yang mampu dilakukan oleh orang indigo.

Sudah barang tentu hasil yang didapat dari tehnik hipnoterapis maupun meditasi harus dicocokan dengan pribadi masing-masing di kehidupan yang sekarang. Misalkan jika pada kehidupan masa lalu kita pernah menjadi seorang ahli matematika, maka dikehidupan yang sekarang tentunya kita akan lebih mudah mempelajari matematika dibanding rekan-rekan anda. Penelitian seperti ini sungguh akan menjadi menghasilkan pengetahuan yang objektif dan jauh dari kesan tahayul.

DALIL-DALIL REINKARNASI

Dalil Quran maupun Hadist yang berkaitan dengan reinkarnasi. Bagi ilmuwan non muslim yang tidak mengenal Quran, untuk membuktikan adanya reinkarnasi mereka harus melakukan riset beribu-ribu kali sehingga reinkarnasi diakui oleh mereka berdasarkan penelitiannya. Dalam kaidah Islam, penelitian yang mereka lakukan disebut mengkaji ayat-ayat kauniyah alias melakukan iqra terhadap alam semesta. Lain halnya dengan kebanyakan orang Islam yang mengutamakan ayat-ayat kitabiyah tapi melupakan ayat-ayat kauniyah (alam semesta).
Dikiranya ayat-ayat Allah itu hanya yang tertulis di kitab suci saja. Tidak heran jika ilmu pengetahuan dan teknologi umat Islam sekarang jauh tertinggal dibelakang karena hanya mengkaji ayat kitabiyah yang kerap kali dipersempit pada ayat-ayat fiqih semata. Hasilnya adalah temuan-temuan teknologi yang bermanfaat bagi umat manusia justru lebih banyak ditemukan oleh orang-orang yang kita anggap kafir. Kita justru lebih suka ribut-ribut masalah fiqih, lebih suka membicarakan orang yang gerakan sholatnya berbeda lalu kemudian di cap sesat, lebih suka mengkafir-kafirkan orang lain karena tidak seide dengannya atau beda aliran. Yang sunni menjelek-jelekan syiah, yang syiah juga menjelek-jelekan sunni. Para pelaku aliran Ahmadiyah yang dianggap sesat oleh beberapa umat Islam akhirnya harus dilempari batu, diusir dari Indonesia. Padahal perilaku brutal ini justru mengingkari Al Quran untuk hidup damai. Hawa nafsu justru dipertuhankan untuk klaim kebenaran dengan mengatasnamakan Tuhan. Padahal menuhankan hawa nafsu sama saja dengan musrik kepada Allah. Ya jelas musrik!, wong hawa nafsu koq dijadikan Tuhan. Kalau sudah menuhankan hawa nafsu maka Allah akan membiarkannya menjadi orang sesat. Simak dan renungkan ayat berikut :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan)... (Q.S Al Hujaraat (49) : 11)

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah mau mencaricari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan bangkai daging saudaranya sendiri ? (Q.S Al Hujaraat (49) : 12)

Maka pernahkan kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dengan terkunci mati pendengaran dan hatinya dan tertutup atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Q.S Al Jaatsyiah (45) : 23)

Oke, sekarang kembali ke topik reinkarnasi. Dalil dalil yang akan dijelaskan dibawah ini termasuk ayat mutasyabihat, yakni ayat yang memerlukan penelitian atau pengkajian lebih mendalam oleh karena maknanya tersembunyi. Dalam suatu Hadist, Nabi mengatakan : “Al Quran disampaikan dalam tujuh dialek, dan dalam setiap dialek ada makna luar dan ada makna dalamnya.” Nah, makna dalam (yang tersembunyi) inilah yang sesungguhnya harus diteliti oleh manusia. Bagi kebanyakan umat Islam, ayat mutasyabihat dilewatkan begitu saja padahal Quran menganjurkan manusia untuk menggunakan akalnya dalam memahami ayat yang maknanya tersembunyi agar bisa ditemukan maksud yang sebenarnya.

Perhatikan ayat berikut ini : Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Q.S Ali Imran (3) : 7)

Dan sesungguhnya telah Kami buat dalam Al Quran ini segala macam perumpamaan untuk manusia. Demikianlah Allah mengunci mati hati orangorang yang tidak (mau) memahaminya. (Q.S Ar-Ruum (30) : 58-59)

Dibawah ini ada tiga ayat Al Quran yang berbicara tentang reinkarnasi, mari kita simak ayatnya! :

1) Dan Allah telah menciptakan kamu semua, kemudian Dia mewafatkan kamu semua. Dan diantaramu ada yang dikembalikan pada umur yang paling lemah sehingga tidak mengetahui sesuatu apapun apa-apa yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa. (Q.S An Nahl (16) : 70)

2) Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dan keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Kemudian, Allah menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur. (Q.S An Nahl (16) : 78)

3) Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurnya , niscaya kami kembalikan dia pada kejadiannya (penciptaan awal). Apakah mereka tidak memikirkan? (Q.S Yaasin (36) : 68)

Pada ayat pertama Allah menjelaskan bahwa manusia sesungguhnya diciptakan oleh Allah kemudian yang mematikan juga Allah. Dan diantara manusia itu ada yang “dikembalikan kepada umur yang paling lemah”. Kalimat ini seringkali diartikan oleh para penafsir Quran sebagai orang yang tua renta. Sedangkan kata “sehingga tidak mengetahui sesuatu apapun apa-apa yang pernah diketahuinya” ditafsirkan sebagai pikun. Tafsiran tersebut sesungguhnya tidak tepat!. Dan sepertinya si penerjemah tidak belajar ilmu biologi tentang proses pertumbuhan manusia. Kelirunya dimana? Coba kita pikir bagaimana mungkin dikembalikan kepada umur yang lemah adalah menjadi tua renta? memangnya orang tua renta itu sudah pasti lemah fisik dan ingatan? Kata-kata “dikembalikan” pada ayat diatas sudah tentu maknanya kembali ke waktu sebelumnya yaitu awal penciptaan fisik manusia alias bayi berumur 0 tahun! Inilah umur yang paling lemah! Loh jangan-jangan bayi yang dimaksud adalah sifatnya yang seperti bayi? Ya jelas bukan! Tidak ada orang tua renta berkelakuan seperti bayi.

Banyak diantara mereka meski sudah tua renta masih aktif diberbagai kegiatan politik, ekonomi, bisnis dan lain sebagainya. Dan yang pikun pun belum tentu orang tua renta. Orang yang masih berusia muda pun banyak yang sudah pikun dan lemah fisiknya. Kalau umur yang paling lemah itu sudah pasti orang tua renta, lah kuatan mana orang tua renta atau bayi? Ya tentu saja orang tua renta lebih kuat!. Bayi sudah pasti tidak bisa menggendong orang tua renta tapi orang tua renta masih bisa menggendong bayi. Lagipula orang tua renta belum tentu lemah secara fisik. Banyak kejadian orang tua renta yang masing kuat menikah dan punya anak meski umurnya hampir 100 tahun! Jadi jelas bahwa makna “umur yang paling lemah” adalah umur 0 tahun (bayi) dan bukan orang tua renta. Kemudian kata-kata “tidak mengetahui sesuatu apapun apa-apa yang pernah diketahuinya” juga sering diartikan pikun. Padahal, bahasa Arabnya pikun adalah kharif jadi jelas tidak cocok dengan terjemahan ayat tersebut. Untuk menafsirkan kata “tidak mengetahui sesuatu apapun”, kita harus mencari ke ayat Quran yang lain. Inilah cara menafsirkan yang terbaik, yakni menafsirkan ayat Quran dengan ayat Quran yang lain. Kita melompat tujuh ayat berikutnya yaitu di Q.S An Nahl (16) : 78 :
 “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun”.

Nah kini jelaslah sudah bahwa “tidak mengetahui suatu apapun” adalah bayi!. Kalau makna “tidak mengetahui sesuatu pun” diartikan pikun, lah mosok bayi dilahirkan dalam keadaan pikun? Pikun adalah sering lupa dan bukan tidak mengetahui sesuatu apapun sama sekali. Justru yang tidak mengetahui suatu apapun adalah bayi!. Apa yang pernah dialami bayi itu pada kehidupan sebelumnya akan terlupakan. Ingatan tersebut tersimpan di alam bawah sadarnya. Di ayat ketiga, (Q.S Yaasin (36) : 68) disebutkan :
Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurnya, niscaya kami kembalikan dia pada kejadiannya (khalq). Apakah mereka tidak memikirkan?
Ayat ketiga ini juga sering ditafsirkan : manusia yang dipanjangkan umurnya akan menjadi lemah dan kurang akal (menjadi tua renta dan pikun).
Tafsir ini biasanya terdapat pada catatan kaki kitab suci Al Quran. Tapi lagi-lagi ayat ini ditafsirkan secara keliru mungkin karena minimnya wawasan. Pada ayat tersebut ada kata dalam bahasa Arab yakni “khalq” yang artinya penciptaan. Dengan demikian, dikembalikan kepada kejadiannya adalah dikembalikan pada penciptaan fisik awal... yaitu bayi! Jadi maksud dipanjangkan umurnya adalah ia hidup atau terlahir kembali menjadi bayi. Umur ruhaninya diperpanjang melalui jasad atau fisik yang baru. Ayat ini pun ditutup dengan kalimat “Apakah mereka tidak memikirkannya?”. Nah, apanya yang perlu dipikirkan jika makna dipanjangkan umurnya sudah pasti pikun dan tua renta? Sesuatu yang sudah jelas tentu tidak perlu dipikirkan lagi. Ini jelas menantang manusia untuk memikirkan makna sesungguhnya yang tersembunyi.
Nah kalau ada orang yang meninggal dan beberapa waktu kemudian lahir kembali menjadi bayi maka tentu ini memerlukan pemikiran! perlu adanya penyelidikan! Sebenarnya, jika kita ingin mencari ayat yang menceritakan proses pertumbuhan fisik manusia dari bayi sampai dengan tua, maka kita tidak perlu melakukan tafsir yang terkesan “dipaksakan” seperti yang dilakukan para penerjemah pada ayat-ayat diatas. Ternyata, ada ayat Al Quran yang telah sangat jelas menceritakan pertumbuhan fisik mulai dari bayi, dewasa hingga tua. Mari simak ayat dibawah ini :

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah (bayi, pen), kemudian Dia menjadikan sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat (dewasa, pen) kemudian Dia menjadikan sesudah kuat itu lemah dan beruban (tua, pen). Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (Q.S Ar Ruum (30 : 54)

Perhatikan surah Ar Ruum : 54 tersebut!, pada kata “khalq” bermakna “menciptakan” fisik manusia, yakni bayi. Kemudian dari bayi, Allah “menjadikan” manusia hingga dewasa dan setelah itu “menjadi” tua. Pada ayat ini, ada dua kata yakni “menciptakan” dan “menjadikan”. “Menciptakan” adalah awal dari sebuah kehidupan fisik manusia yakni bayi sedangkan “menjadikan” merupakan proses lanjutan fisik manusia. Jadi ayat diatas memberikan gambaran secara berkelanjutan mengenai proses pertumbuhan fisik manusia mulai dari bayi, dewasa sampai tua. Dan makna tua tersebut menjadi sangat jelas karena ditambahkan kata “beruban”. Nah, karena ayat ini sudah sangat jelas, maka surah Ar Ruum ini tidak ditutup dengan kata-kata “Apakah mereka tidak memikirkannya?” sebagaimana surah Yaasin (36) : 68. Tiga dalil pertama yang telah disebut diatas sebenarnya sudah cukup untuk membuka wawasan kita tentang kebenaran reinkarnasi sebagai keniscayaan. Namun agar wawasan kita bertambah, mari kita lanjutkan dengan dalil yang lain :

Kami telah menentukan kematian diantara kamu dan sekali-kali tidak dapat dikalahkan. Untuk menggantikan kamu dengan orang-orang seperti kamu dan menciptakan kamu kelak dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. (Q.S Al Waaqi’ah (56) : 60-61)

Pada ayat diatas dijelaskan bahwa kematian yang terjadi pada diri kita itu adalah untuk menggantikan orang-orang yang seperti kita dalam keadaan yang tidak kita ketahui. Kata “menciptakan kamu kelak” juga sering ditafsirkan bahwa Allah membangkitkan/menciptakan manusia lagi kelak setelah kiamat. Tafsiran tersebut terlalu dangkal, sebab kata lanjutannya adalah “dalam keadaan yang yang tidak kamu ketahui”. Logikanya adalah apa pedulinya manusia terhadap keadaan fisik mereka sendiri setelah dibangkitkan pada hari kiamat ? Tidak mungkin mereka peduli lagi dengan wujud/fisik mereka oleh karena mereka pasti grogi, panik menghadapi hisab. Tapi mengapa ada penambahan kata-kata “dalam keadaan yang tidak kamu ketahui” ? Apa pentingnya penambahan kata tersebut ? Nah ternyata maksud kata-kata tersebut adalah, diri kita yang telah mati akan terlahir kembali dalam bentuk fisik lain atau rupa yang kita tidak ketahui. Ini artinya kita bisa dilahirkan kembali ke bumi dengan wajah rupawan ataupun buruk rupa. Bisa sehat, bisa juga cacat. Bisa berjenis kelamin laki-laki atau perempuan dst. Jadi sebenarnya Tuhan itu adil. Kita pernah terlahir menjadi laki-laki dan pernah pula terlahir menjadi perempuan. Oleh karena itu, sebenarnya kita tidak perlu ribut-ribut masalah kesetaraan gender! karena semua manusia, laki atau perempuan, sama dihadapan Allah. Yang membedakan adalah ketakwaannya (Q.S 49:13) Loh bukankah di Al Quran (An Nisaa (4) : 34) disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin wanita? Nah, ayat ini hendaknya jangan diartikan harfiah saja sebab ayat diatas turun karena “berkompromi” dengan budaya Arab pra Islam dimana pada masa itu kaum pria memang mendominasi kaum wanita. Ayat diatas harus ditafsirkan ulang dengan penafsiran yang lebih dalam dan cocok dengan peradaban manusia sekarang.

Makna yang sesungguhnya dari kata “laki-laki memimpin wanita” adalah ruh manusia (“laki-laki”) hendaknya memimpin jasad (“wanita”). Ruh disimbolkan oleh laki-laki. Jasad disimbolkan oleh wanita. Orang yang memimpin dengan jasad berarti ia memimpin dengan menggunakan hawa nafsunya sehingga segala keputusan yang diambil hanya menguntungkan diri sendiri atau kepentingan dunia saja (sesaat). Lain halnya jika seseorang mampu memimpin dengan ruhnya. Ia akan selalu mengambil keputusan dengan melihat dimensi akherat. Salah satu makna kata “akherat” adalah “kehidupan yang akan datang”. Jadi seseorang yang memimpin dengan ruh akan senantiasa memiliki visi ke depan. Ia tidak mengambil keputusan yang hanya menguntungkan dirinya saja (vested interest) atau untuk kepentingan sesaat. Jika menebang pohon maka ia juga akan menanam pohon baru (reboisasi). Pemimpin seperti ini senantiasa menjauhi kemungkaran : tidak pernah korupsi, kolusi, nepotisme dan hidupnya pun selalu di isi dengan kebajikan. Menebar salam. Menegakkan perdamaian. Jadi siapapun yang memimpin suatu organisasi atau negara -laki atau perempuan- janganlah dipermasalahkan palagi sampai perang dalil. Kita hendaknya memilih pemimpin yang mampu memberdayakan ruhnya yakni pemimpin yang memiliki kecerdasan spiritual!

Kembali ke topik reinkarnasi, kali ini kita lanjutkan dengan dalil reinkarnasi pada surah Al Ankabuut : Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya kemudian mengulanginya kembali. Sesungguhnya yang demikian adalah mudah bagi Allah. (Q.S Al Ankabuut (29) : 19) Katakanlah, “Berjalanlah di muka bumi, perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan manusia pada mulanya, kemudian Allah menciptakannya pada kali kali. Sesungguhnya Allah Mahakuasa untuk menciptakan segala sesuatu (Q.S Al Ankabuut (29) : -20)

Pada ayat 19 dan 20 diatas kita disuruh memperhatikan penciptaan manusia yang diciptakan pada awalnya dan kemudian Allah menciptakannya lagi pada waktu yang lain. Tafsiran banyak ulama mengenai “penciptaan ulang” atau “penciptaan pada kali lain” adalah manusia dibangkitkan lagi oleh Allah setelah kiamat terjadi. Loh..loh... bagaimana ini? kalau disuruh memikirkan penciptaan awal manusia sih mudah yaitu bertemunya sperma dan sel telur yang kemudian berproses menjadi bayi, tapi kalau disuruh memperhatikan penciptaan manusia setelah kiamat, lantas bagaimana caranya? Lah.. kalau begitu apa ya mungkin Tuhan salah perintah? Tuhan tentu saja tidak mungkin salah perintah! Tapi manusialah yang salah menafsirkan. Mungkin karena terburu-buru, kurang wawasan atau pusing tujuh keliling jika harus menafsirkan Al Quran yang maknanya tersembunyi. Jangan lupa! Al Quran itu adalah petunjuk untuk orang yang masih hidup. Lah kalau orang yang masih hidup disuruh memperhatikan penciptaan manusia setelah kiamat atau hancur leburnya alam semesta, caranya bagaimana? jelas tidak mungkin. Mustahal bin mustahil.

Untuk memahami ayat 19 ini, coba baca ayat lanjutannya yaitu ayat 20. Nah ternyata pada ayat 20 tersebut, Allah menyuruh kita berjalan di muka bumi? maksudnya kita harus menjelajahi bumi, mempelajari pengetahuan dari belahan bumi yang lain. Nabi SAW sendiri pernah bersabda “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Kalau nuntut ilmu di Arab terus bagaimana mau berkembang pengetahuan manusia? Memangnya Allah cuma menurunkan ilmu- Nya di negeri Arab? Nah, ternyata di dunia timur ada pengetahuan reinkarnasi yang tidak diajarkan secara terang-terangan di Arab. Kalau sudah demikian, berarti kita bisa lebih memahami dengan seksama ayat diatas. Ternyata kata “penciptaan kali lain” atau “penciptaan ulang” manusia pada ayat tersebut bermakna penciptaan (kelahiran) kembali manusia yang terjadi di temp at lain. Misal, pada penciptaan awal kita lahir di Indonesia maka pada penciptaan kali lainnya kita bisa terlahir di negara Cina, Belanda, Nigeria dan lain sebagainya. Itulah sebabnya kita disuruh menjelajah bumi untuk memperhatikan penciptaan manusia yang berulang dari satu tempat ke tempat yang lain. Subhanallah! sungguh ayat yang luar biasa!! Mudah-mudahan penjelasan ayat diatas bisa lebih membukakan hati dan pikiran kita memahami reinkarnasi. Awalnya memang agak sulit hati dan pikiran kita menerima teori ini. Apalagi sebagian ulama ada yang berpendapat reinkarnasi adalah teori yang sesat karena tidak diajarkan oleh Nabi SAW. Nah, ulama yang seperti inilah yang membuat kebekuan berpikir dan kemunduran bagi umat Islam. Loh apakah salah jika mengikuti pendapat ulama? Bukankah ulama itu ahli waris nabi yang harus ditaati?

Sabar.. sabar.. jangan emosi dulu. Pendapat ulama tentu perlu untuk dipelajari, agar bisa dijadikan referensi untuk mendekati kebenaran. Tapi cukup mendekati saja, sebab hakekat kebenaran hanya pada Tuhan semata dan kita sendirilah yang harus menemukan kebenaran itu dengan petunjuk dari-Nya. Justru kalau ada ayat yang aneh harus dikejar agar tahu makna rahasia yang terkandung didalamnya. Kalau hanya menggantungkan pendapat ulama apalagi ulama yang Cuma bisanya meributkan fiqih maka kita justru akan menjadi umat yang semakin tertinggal. Masih mau lanjut....? baiklah... sekarang kita akan membahas dalil berikutnya yang berasal dari Hadist Nabi SAW :

Demi Tuhan yang jiwaku dalam genggaman-Nya, seandainya seseorang gugur di jalan Allah, kemudian dihidupkan lagi lalu gugur lagi, kemudian dihidupkan lagi lalu gugur lagi, niscaya ia tidak dapat masuk surga sebelum melunasi hutangnya. (H.R. Nasai)

Orang yang berhutang itu dibelenggu dalam kuburnya, tiada yang dapat melepaskannya selain ia membayar hutangnya.” (H.R. Dailami)

Sesungguhnya di antara dosa-dosa ada yang tidak dapat ditutupi oleh sholat, puasa, haji dan umrah. Yang dapat menutupinya hanyalah duka-cita (kesulitan) dalam hidup mencari rezeki. (H.R. Ibnu Asakir)

Dua Hadist awal menyebutkan bawah manusia masih akan terbelenggu untuk masuk surga sebelum hutangnya lunas. Apa yang dimaksud dengan “hutang” diatas? Hutang harta bendakah? Hadist ini sama sekali tidak menyebut hutang harta benda. Dan kalaupun benar hutang harta benda maka tidak ada penjelasan di Hadist tersebut bahwa yang harus melunasi hutangnya adalah keluarganya (ahli warisnya). Jika yang melunasi hutang harus keluarganya lalu bagaimana dengan mereka yang tidak punya keluarga (ahli waris) alias hidup sebatang kara? bagaimana cara melunasi hutangnya? Disinilah kita harus memahami bahwa hutang yang dimaksud adalah hutang perbuatan sedangkan hutang harta benda sudah menjadi bagian dari hutang perbuatan. Hadist yang kedua malah menyebut “tiada yang dapat melepaskannya selain ia membayar hutangnya”. Nah jelas kan bahwa yang harus bayar hutang itu adalah orang itu sendiri. Jadi hutang yang dimaksud bukan hutang dalam arti sempit (hutang harta benda) melainkan hutang atas perbuatan buruknya di masa lalu. Cara membayarnya dengan lahir kembali ke bumi. Perbuatannya yang buruk harus dibayar kembali misalnya dengan menjadi manusia yang seringkali mendapat bencana, menjadi cacat, kesulitan mencari rejeki/miskin dan lain sebagainya yang sifatnya membuat sengsara laksana di neraka. Bagi yang tidak kuat menanggung sengsara malah bisa bunuh diri. Kalau sudah bunuh diri malah bisa masuk dan terjebak di alam barzah (sekat) yang justru lebih sengsara lagi daripada kelahiran kembali ke bumi dan tentunya akan memperlama lagi waktu yang diperlukan untuk kembali kepada-Nya.
Di Hadist yang ketiga kita diberitahu bahwa ada dosa yang tidak bisa ditutupi dengan ibadah formal melainkan harus dibayar dengan kesulitan hidup. Nah dosa yang manakah? Tentu saja dosa pada kehidupan sebelumnya sebab jika hidup yang sekarang ini merupakan hidup yang pertama kali, maka tidak adil kiranya bila ada orang yang dilahirkan dalam keadaan sulit rejeki/miskin, hidup menderita di kolong jembatan. Padahal, Tuhan sudah menyatakan dengan tegas bahwa Dia tidak menzalimi hamba-hamba-Nya. Jadi misalkan kita mengalami kesulitan hidup meski sudah berusaha mati-matian, ya jangan menyalahkan Tuhan karena itu buah dari perbuatan kita sendiri di masa lalu. Justru orang yang mengalami kesulitan hidup itu harus banyak-banyak memohon ampun kepada Tuhan, banyak bersabar, ikhlas dan dibarengi berbuat kebajikan kepada orang lain agar karma tersebut terbayar atau diampuni Tuhan. Nah, kalau sudah terbayar atau diampuni Tuhan, tentu kita akan diberi kemudahan masuk surga pada kehidupan selanjutnya.

HIKMAH REINKARNASI
Mengapa manusia harus reinkarnasi? Apa hikmah yang terkandung di dalamnya? Hikmah besar yang terkandung dalam reinkarnasi adalah sebagai bentuk pembelajaran/pelatihan kepada manusia agar kualitasnya semakin lama semakin baik sehingga mencapai manusia yang sempurna (insan kamil) agar mampu kembali kepada-Nya. Perhatikan ayat berikut :

Maha suci Tuhan yang memiliki kerajaan. Dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Dialah yang menciptakan mati dan hidup bagimu dengan memberikan “balawa” (pelatihan) kepadamu untuk memberikan nilai (anugrah) bagi siapa yang lebih baik amalannya.. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S Al Mulk (67) : 1-2)

Pada ayat Al Mulk tersebut, Tuhan menciptakan mati dan hidup adalah untuk memberikan pelatihan. Banyak ulama yang mengartikan kata “mati” diatas sebagai ketiadaan. Padahal kata “mati” bukanlah ketiadaan melainkan kematian itu terjadi setelah adanya kehidupan dan kehidupan pun berakhir setelah adanya kematian. Mati dan hidup adalah proses yang silih berganti. Perhatikan firman Allah berikut ini :

Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup (Q.S.Ali Imran (3) : 27)

Ayat diatas sebenarnya merupakan dalil reinkarnasi juga karena dengan jelas sekali mengatakan hidup dan mati adalah proses yang silih berganti. Mati dan hidup adalah ciptaan Allah, dan segala ciptaan Allah tidaklah kekal (tetap). Hidup akan diakhiri dengan kematian dan kematian pun akan diakhiri dengan kehidupan. Proses ini akan terus menerus terjadi sampai manusia itu mencapai kesempurnaan dan kemudian barulah ia dapat kembali kepada-Nya, sebagaimana firman berikut ini :

Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan. (Q.S Al Baqarah (2) : 28)

Harap dipahami bersama bahwa kematian yang kita maksudkan adalah kematian fisik manusia. Jiwa manusia sesungguhnya tidak pernah mengalami mati sebagaimana matinya fisik manusia.

Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sesungguhnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak mengetahuinya. (Q.S Al Baqarah (2) :154)

Kembali pada pembahasan Q.S Al Mulk (67) : 1-2 diatas, kata liyabluwakum (balawa), kita terjemahkan dengan kata “pelatihan”. Di banyak tafsir kata balawa sering diartikan “menguji”. Terjemahan ini sebenarnya kurang tepat, sebab kata “menguji” bisa mengandung arti Allah tidak mengetahui kualitas hamba-Nya sehingga perlu diadakan ujian. Padahal jelas Allah tidak perlu menguji siapapun.. Allah sudah pasti tahu mana yang hamba-Nya lurus dan mana hamba-Nya yang sesat, jadi buat apa di uji segala? Dengan demikian, tujuan Allah menciptakan mati dan hidup adalah untuk melatih, (men-training) manusia agar mencapai kualitas yang lebih baik. Agar bisa memperbaiki diri dan meningkatkan amalnya. Dengan proses mati dan hidup inilah Tuhan akan memberikan imbalan kepada mereka yang lebih baik amalannya.

SURGA DAN NERAKA

Jika reinkarnasi itu adalah siklus hidup-mati yang terus berulang, apakah akan ada akhirnya? lalu kemana surga dan neraka yang dijanjikan Tuhan ? Nah jangan salah mengira bahwa reinkarnasi itu tidak ada ujungnya. Reinkarnasi tentu ada akhirnya! Siklus hidup-mati (roda samsara) akan berakhir manakala manusia menyempurnakan dirinya sehingga dapat kembali kepada-Nya. Innaalillahi wa innaa ilaihi raajiuun (sesungguhnya kita berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah). Kalimat ini sering diucapkan oleh banyak umat Islam tapi jarang yang menyadari bahwa kalimat itulah yang harus menjadi tujuan akhir dari seluruh perjalanan hidup manusia yakni kembali kepada-Nya. Kata “kembali” pada ayat diatas tentu maksudnya adalah benarbenar kembali kepada Tuhan, bukan masuk ke surga apalagi neraka. bukankah tiap orang yang mati itu bermakna sudah kembali kepada-Nya? Ya tentu saja tidak. Wong masuk neraka ya jelas belum kembali pada Tuhan, apalagi yang matinya bunuh diri. Tuhan itu Maha Suci jadi hanya orang suci yang bisa kembali kepada-Nya. Surga pun hanya imbalan dari Tuhan agar manusia makin menyempurnakan dirinya. Dalam Q.S 32:9, 21:91, 15:29 telah dinyatakan bahwa ruh-Nya ditiupkan ke diri manusia agar ciptaan-Nya (manusia) makin sempurna. Manusia menjadi hidup karena adanya ruh dari Sang Maha Hidup. Dan karena ruh itu adalah ruh-Nya maka pastilah akan kembali kepada-Nya cepat atau lambat.

Adapun surga dan neraka sebenarnya hanyalah alam-alam ciptaan Tuhan dimana tiap-tiap manusia akan melewatinya. Ibarat tangga yang akan menuju kepada-Nya, surga dan neraka adalah titian tangga yang memang harus dilewati tiap manusia. Oleh karena ada manusia yang mendapat surga, neraka dan yang telah kembali kepada-Nya maka Al Quran pun membagi manusia menjadi tiga golongan. Mari simak ayat berikut :

Dan kamu menjadi tiga golongan, yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan itu dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan itu. Dan orangorang yang beriman, merekalah yang paling depan. (Q.S Al Waaqi’ah (56) :7-10)

Golongan kanan pada ayat diatas adalah yang akan mendapat surga. Golongan kiri adalah mereka yang mendapat neraka. Sedangkan orang-orang yang beriman inilah orang yang terdepan, terunggul sehingga ia mampu kembali kepada-Nya dengan jiwa yang tentram sebagaimana disampaikan pada ayat berikut ini :

Hai jiwa yang tentram, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas (rela) dan diridhoi-Nya. (Q.S Al Fajr (89) : 27-28)

Manusia yang telah kembali kepada-Nya, dalam istilah jawa disebut juga moksa. Begitu meninggal langsung manunggal dengan Tuhannya tanpa melalui neraka, tanpa melalui surga. Semua alam ciptaan-Nya telah di bypass. Manusia yang memiliki kualitas sebagaimana Nabi, Rasul dan para wali-Nya adalah mereka yang mampu kembali kepada Tuhannya secara sempurna. Di ayat berikut akan nampak jelas bahwa Nabi, Rasul dan para wali-Nya tidak berada disurga melainkan ditempat yang tertinggi dan senantiasa menyaksikan kehidupan manusia yang masih di ada di surga dan neraka :

Dan diantara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan diatas tempat tertinggi (a’raaf) itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. (Q.S Al A’raaf (7):46)

Bagi para Nabi, Rasul atau para wali, surga bukanlah tujuan utama mereka. Salah seorang sufi ternama wanita abad ke IX M, Rabiah Adawiah justru mengusung slogan “Membakar surga, menyiram neraka”. Simak pusinya berikut ini :

Bila aku beribadah kepada Engkau, Ya Allah, karena mengharap surgaMu, maka jauhkanlah surga itu dariku. Bila aku beribadah kepada Engkau, Ya Allah, karena takut api nerakaMu maka biarlah aku masuk api nerakaMu, Asalkan Engkau tidak meninggalkan aku”.

Rabiah berpuisi seperti itu karena ia sangat tahu bahwa surga dan neraka bukanlah terminal akhir perjalanannya. Kerinduan untuk kembali kepada-Nya adalah segalanya karena kebahagiaan yang kekal akan menjadi miliknya. Inilah terminal akhir yang sesungguhnya. Surga dan neraka tidaklah kekal karena kekekalan atau keabadian cuma Allah semata. Surga dan neraka adalah ciptaan Allah. Tiap ciptaan pasti pasangannya kematian. Manusia diciptakan maka manusia dimatikan juga. Ada awal pasti ada akhir. Cuma Allah lah yang tiada berawal dan berakhir sehingga Allah tidaklah sama dengan ciptaan-Nya sendiri. Kalau di Quran disebut surga dan neraka adalah alam yang kekal maka hendaknya jangan ditafsirkan secara harfiah. Hidup seribu tahun di neraka menurut ukuran manusia bisa jadi bagaikan tinggal di neraka selama-lamanya. Jadi kata “kekal” bermakna relatif yakni suatu ukuran waktu yang dirasakan sangat lama oleh manusia.
Manusia yang belum mampu kembali kepada Allah, akan tetap terus mengalami siklus hidup mati, sampai akhirnya sempurna dan mampu manunggal (menyatu) dengan Tuhannya. Manunggal dengan Tuhan tentunya tidak mudah. Tidak mudahnya dimana? Namanya manunggal dengan Tuhan berarti kita terlebih dahulu harus mengenal Allah (makrifatullah).

  1. Terima kasih atas pencerahan nya ini blok sangat bagus dan sangat memebantu saya dalam pencarian saya

  1. terima kasih..

    tapi satu kebingungan yang saya cermati di tulisan ini..
    jika benar reinkarnasi itu ada, dengan bukti-bukti yang sudah dijelaskan di atas, separti ma hla, tabib meksiko, bredly dll...kenapa saya tidak seperti mereka y, yang tw kehidupan dulu saya...saya juga tidak yakin bahwa penulis ini seperti mereka yang tw kehidupan dulunya..
    lantas apakah kita harus percaya terhadap reinkarnasi jika bukti yang di paparkan menurut saya sangat lemah...mohon di perjelas bang???

  1. terimakasih kembali sebelumnya...
    memang tidak semua memiliki kesadaran untuk mengetahui past lifenya (kehidupan sebelum jasmani sekarang) namun itulah alam semesta bekerja.. tapi jika kita mau membuka diri dg jujur maka seorang ahli hipnotrapis dapat membantu kita untuk menembus alam bawa sadar yg menyimpan memori ttg past life. selain itu kita juga bisa bertanya pada orang2 yang mampu menembus dimensi past life seseorang dan biasanya orang2 seperti ini keberatan untuk memberi tahu, mereka lebih menyarankan dengan bijak agar menjalani hidup sekarang dg penuh syukur dan jangan menyakiti orang lain.
    secara pribadi saya sendiri tidak dikaruniakan kemampuan untuk melihat past life, namun sangat meyakininya sebagai bagian dari kebenaran itu sendiri.

    yang perlu kita lakukan dlm hidup sekarang adalah jangan terjebak pada kondisi kehidupan tanpa kesadaran sehingga kita tidak terjebak pd lingkaran kelahiran dan kematian terus menerus bahkan berpotensi memiliki jasmani hewan. olehnya harus mengenal jalan untuk Ilahi rajiun, karena kita asalnya dari sana, dan dimulai dengan mengenal Allah (ma'rifatullah) sehingga tau siapa yg di sembah.. selama ini manusia umumnya hanya mengenal Allah sebatas nama-Nya (asma) af alnya (perbuatan-Nya) dan sifat-Nya, tetapi belum mengenal zat-Nya... dan inilah tugas utama para nabi untuk membimbing manusia dlm mengenal Tuhan agar dapat kembali kepada Tuhan. maka terbebaslah dari lingkaran penderitaan (kelahiran-kematian). dalam berma'rifatullah, seseorang harus mempunyai guru (mursyid), di tangan gurulah seorang murid akan tersingkap hijabnya dengan Allah.

  1. Enak ya mas, sekarang kita leha-leha aja, tho setelah mati ada kehidupan kita yg lain dan nanti kita bisa memperbaiki kesalahan kita di jasad kita yang baru, ngapain beribadah klo gtu? hehe bener ga?

    Maksudnya tersingkap hijabnya dengan Allah itu seperti apa ya mas? bisa dijelaskan lebih detail?
    kemudian mengapa harus selalu dengan mursyid?

  1. semuanya tergantung kwalitas jiwa, dan kwalitas jiwa dibangun dangan jalan spiritual. jika kalitas jiwa rendah maka kemungkinan akan lahir pada kondisi yang kurang baik misalnya, lahir cacat, lahir pd lingkungan dengan tatanan moral yang kurang baik, atau bisa juga lahir dan tidak mengenal siapa orang tuanya, bahkan bisa juga lahir sebagai binatang atau tumbuhan.

    untuk maslah hijab ada baiknya anda baca artikel "Tuhan (kapan anda mengenal tuhan)" dan masalah mursyid silahkan baca "evolusi jiwa menggapai pencerahan" semuanya ada di blog inji.. mksh..

    (muhammad yusuf)

  1. Salam sejahtera mas..hanya mereka yang mengenal diri dan sadar total yang dapat memahami makna hidup,mati dan reinkarnasi kerna itu adalah ilmu Allah yang diajar bagi mereka yang benar2 mau blajar inti dari hakikat hidup... Thank you for your enlightment..may Allah bless you.

  1. apakah kita bisa terlahir sebagai hewan atau tumbuhan? karena mereka berbeda dengan manusia tidak memiliki Fitrah seperti manusia.

  1. Thanks for All commen.

    @Ahmad Syah : Sangat bisa ntuk terlahir pada dimensi binatang atau tumbuhan, karena ruh kita akan menyesuaikan dimensi jasad yg kita tempati. mungkin contoh sederhananya adalah, Ruh adalah sang driver, jasad adalah kendaraan, driver tidak bisa membawa mobil untuk terbang, tidak bisa membawa kapal selam untuk menelusuri jalanan, tidak bisa membawa pesawat untuk nyelam ke dasar laut. sang driver adalah sama, semuanya manusia, kendaraan berbeda sesuai tingkatan, Ruh sama semuanya dari cahaya dan tidak memiliki jenis kelamin, jasadlah yang memiliki berbagai jenis.

    Demikian semoga bisa dipahami.
    Makasih..

Posting Komentar

Anda punya saran atau komentar..silahkan biar kita bisa berbagi. gunakan acount anonymous bila tak punya count google atau lainnya.

::: Narasi perjalanan menuju Tuhan :::
(Scr Narasi : Attar )
Luangkan waktu anda sejenak... Rilex dan tenang dalam damai lalu dengarkan alunan NARASI dibawah ini..... Pahami dengan hati dan Renungkan hikmahnya Semoga bermanfaat..........Tq.
.