Welcome

Selamat datang, semoga
bisa memetik hikma dari
berbagai isi Blog ini......
Jangan lupa tinggalkan
Pesan atau komentar....
Makasih..Salam Cahaya..

Lukisan dalam Bingkai Kehidupan

Hari itu adalah hari yang tak bernama, karena pupus dari ingatan walau syarat dengan panorama yang membutuhkan cara khusus untuk mendefinisikan.
Aku mencoba memandang dari arah yang lebih tinggi agar terjamah lebih banyak dalam pandangan akan segala gerak jiwa yang bertarung dalam lingkaran waktu.

::: Merajut impian dengan segala kekuatan untuk didendangkan sebagai kisah sejarah kelak di bumi ini..

::: Memacu semangat yang lebih mendesir, agar segala kemelut dapat dikonvert dalam hitungan statik sebuah strategi hidup..
::: Merambah tanpa peduli, hingga menjalar dalam setiap sendi hidup yang semakin tak berarah..

Demikianlah setiap diri dalam tapakan jejak melukiskan warna hidupnya hanya sebatas nyanyian elang di siang hari, memburu mangsa dengan kepakan sayap di atas samudra. Sayap-sayap yang sama telah mengepak alam ini lalu melukiskan kehidupan yang sama di penghujung waktu yang silam.

Mereka memandang hidup adalah pertarungan, lalu mereka bertarung untuk saling berebutan, melakoni hidup dalam bingkai nafsu dan ego sehingga memandang segalanya dalam jarak rasa dalam perbedaan, dan tak bisa menikmati mekarnya kedamaian yang bersemayam pada diri-diri yang lain. Luntur dari benih kasih Ilahi, lalu bangkit dan berdiri diatas cakar-cakar maut keserakahan. Mereka ini sakit tapi karena kebodohan maka menganggap dirinya sebagai makhluk yang paling bisa.

Namun ada yang mengalir dalam irama yang lain. Mereka mengerti bingkai hidup mereka, karena mereka paham akan setiap goresan lukisan yang tertapaki. Mereka memandang alam adalah sebuah kanvas putih yang berbingkai, olehnya mereka mengerti bahwa kehidupan adalah sebuah goresan kuas dari Sang Pelukis Sejati.

Jika selamanya diri tidak mengenal Sang Pelukis Sejati, maka irama dan warna lukisan akan jadi misteri.
 Aku terpana pada sebuah lukisan alam yang terpatri oleh rimbunan pepohonan di selah-selah rerumputan lalu bersanding di tengahnya sebuah aliran sungai berlatar belakang panorama perbukitan yang berbalutkan awan senja.
Aku dapat memandang dalam damai akan segala panorama yang ada, namun jika aku memandang lebih dalam lagi, maka sungguuuh.. semua adalah sama adanya, bahkan tak berjarak sedikitpun.

Hamparan pepohonan memang berbeda dalam pandangan fisik dengan rerumputan, berbeda juga dengan deretan bukit dan sungai, bahkan ada jarak dan rasa dari setiap perbedaan... Oohh.. Tidak semua adalah sama, karena lahir dari tangan pelukis yang sama, dari kuas yang sama, juga dari bahan cat yang sama. Yang membuatnya beda hanyalah pada warna dan gerak kuas.

Warna lukisan adalah takdir hidupmu, dan gerak kuas adalah perjuanganmu dalam merubah nasib hidupmu. Kamu bisa saja lahir dari percikan warna hijau di ujung kuas yang akan membentuk hamparan rerumputan, namun jika kamu bisa mengiringi dan memahami gerak Ilahi, maka ujung kuas itu dapat membentuk lembaran-lembaran dedaunan dari sebuah pohon Bodhi yang diberkati. Pohon yang menjadi saksi sekaligus tempat berteduh dari Sidarta gautama dalam mencapai pencerahan spiritual. Atau kamupun bisa menjadi rimbunan dedaunan dari pohon habbatussauda yang memberi aneka manfaat yang tak terhingga. :

:: Wahai jiwa-jiwa yang mengerti..
::: Wahai jiwa-jiwa yang memandang dengan mata qalbu..
::: Wahai jiwa-jiwa yang bergerak dalam gerak Ilahi..

Jika kamu ingin sampai pada kesempurnaan, maka keluarlah dari bingkai lukisan hidupmu dan jadilah pelukis. Semuanya dimulai dari kepasrahan ketika dirimu masih dalam percikan titik-titik warna di ujung kuas, Kepasrahan dalam kesadaran, bukan kepasrahan dalam ketidak mengertian.

Untuk menjadi pelukis, engkau harus meleburkan tanganmu yang dungu ke dalam tangan Sang Ilahi, semuanya berangkat dari vibrasi jiwa yang ter-Cahayakan lalu bermuara pada segenap lakon diri. Akhirnya Tuhan akan menjadikan matamu sebagai pandangan-Nya, telingamu sebagai pendengaran-Nya, bicaramu sebagai Qalam-Nya lalu kehendak-Nya tertasbih dalam kehendakmu.

Olehnya nikmatilah hidupmu dalam kesadaran yang tercerahkan, dan jangan mengeluh sedikitpun. Apapun bentuk lukisan hidupmu yang diberikan alam, terimalah.. maka engkau telah memandang Sang Ilahi sebagai Pelukis Sejati, namun jika engkau siratkan dengan berbagai permintaan, maka engkau hanya memandang Sang Ilahi sebatas tukang gambar.. engkau merinci segala bentuk lukisan hidupmu, lalu engkaupun menawarkan bayaran dengan segala amal ibadahmu. Akhirnya jika ada bagian yang tidak kamu mengerti tentang lukisan hidupmu, kamu mengartikan sebagai musibah, lalu kamu mencoba membayar dengan lebih mahal lagi untuk menyempurnakan kehendakmu, semuanya bertendensi nafsu, konsekwensi dan hitung menghitung.

Engkau lupa bahkan tidak tahu jika sesuatu yang menurutmu tidak baik, belum tentu tidak baik pula menurut Sang Ilahi.

::: Wahai malam yang berlenterakan gemintang..
Engkau telah lelapkan jiwa-jiwa yang lelah diatas pembaringan, mereka tenggelam dengan sejuta gundah akan makna lukisan hidupnya... selimutilah mereka dalam damaimu hingga di ambang fajar...
Karena esok mereka kembali bergelut dalam segala kemelut hidup seperti yang kemarin. Dan akupun masih disini untuk menatap segala gerak dan lakon jiwa mereka.. Kadang irama langkahku mengiringi jejak mereka, tapi aku lebih mawas diri, karena ku tahu yang ku mau...


  1. it's great. very impressed. indah mengalir ke relung hati tanpa kesan menggurui.

  1. Makasih atas komennya.. dan jangan pernah bosan untuk kembali lagi..

    cuma sayang saya tidak bisa mendeteksi anda.. semoga di lain waktu bisa include identitas minimal nama..

Posting Komentar

Anda punya saran atau komentar..silahkan biar kita bisa berbagi. gunakan acount anonymous bila tak punya count google atau lainnya.

::: Narasi perjalanan menuju Tuhan :::
(Scr Narasi : Attar )
Luangkan waktu anda sejenak... Rilex dan tenang dalam damai lalu dengarkan alunan NARASI dibawah ini..... Pahami dengan hati dan Renungkan hikmahnya Semoga bermanfaat..........Tq.
.