Semua adalah CINTA
Sorotan tajamnya memancar kuat dari ufuk timur pagi itu, ia menembus sisa-sisa kabut, membelai dan membentuknya menjadi embun pagi dan diletakkannya pada dahan-dahan dan dedaunan sebagai sarapan pagi ini dalam melewati satuan waktu.
Telah lama jejak-jejak kehadirannya dijadikan sebagi tanda sebuah waktu sholat dalam bilangan kesempurnaan sholat lima waktu. Entah apa namanya semua itu... namun aku menyebutnya CINTA. Wow.. bagaimana mungkin.!?
Mungkin dan tidak mungkin, tapi begitulah adanya. Hingga disiang itu aku melihat anak-anak lugu disebuah dusun yang terpencil berlari dalam canda dan bahagia menikmati hari itu dalam pancaran cahayanya. Sementara dibelakang pondok sederhana, sang ibu memanfaatkannya untuk mengeringkan jemurannya. Lagi-lagi tak jauh dari halaman rumah, sang ayah sibuk mengurus ladang dan mengamati berbagai proses tanamnnya bekerja (fotosintetis) tanpa ia pahami.
Di tempat lain dengan panorama modern dalam sebuah bingkai layar kaca, saya mendengar sebuah produk kosmetik merangkai kalimat untuk meyakinkan konsumennya akan bahaya dari pancaran sinarnya, seolah-olah sinarnya adalah pembawa malapetaka buat kamu yang ingin tampil cantik dan seksi. Aku juga pernah menemukannya dalam kebimbangan Ibrahim tatkala mencari Keberanan, ketika cahayanya memancar dibalik keperkasaan dirinya, ia nya dikira Tuhan oleh Ibrahim.
Ia juga hadir dalam irama yang mengalun indah dan menghiasi gua Zarathustra hingga akhirnya sang pertapa sadar dan mau turun gunung untuk membahasakan visi manusia sebagi makhluk makna bumi.
Ini hanyalah sebuah sisi dari sekian banyaknya partikel alam yang tunduk dan patuh dalam ketetapan cinta demi sang cinta sejati. Aku tidak melihat apapun didunia ini selain irama cinta yang mengalir dalam setiap konotasi kejadian, bergetar dan beresonansi lalu menciptakan jejak kehidupan dari yang terkecil hinga yang terbesar. Semuanya adalah cinta dan semuanya bergerak dan mengalir menuju keabadian.
Pada saat-saat tertentu ada aliran yang tersendat sehingga resonansinya membias dan melahirkan irama yang asing dan tidak nyaman untuk dimaknai, tapi semuanya itu sekedar memastikan bahwa cinta masih disana dan pada jalurnya, walaupun sebenarnya cinta tak akan kemana-mana. Semua ini hanya indikator buat menginduksi logika pikiran yang semu.
Untuk dapat memahami semua ini, anda harus menjadi cinta, maka iramanya akan melebur kedalam setiap kisi-kisi jiwa anda, beresonansi pada setiap sel-sel tubuh anda, memberhentikan dan memarkir dengan rapi sang logika sekejap, lalu ia pun bersenandung dengan akal jiwamu karena memang hanya akal jiwa yang bisa memahami.... Namun teramat berat untuk sampai disini.
Sudah banyak cerita yang aku dengar dari si bul-bul dari kitab sang pujangga ATTAR tentang keluhan para burung. Dan untuk itu aku belajar untuk lebih bijak dalam membahasakan ini lantaran aku yakin kalian semua tidak sadar kalau selama ini kalian tidak sadar, Karena aku pun baru mengetahui jika selama ini aku tidak mengetahui... Aku memulainya dengan cinta dan membahasakan dengan cinta, lalu merangkai makna dan esensinya untuk diterima dengan cinta adanya...
adakah yang mau mendengar rangkaian kalimatku selanjutnya.?