Memahami Islam dengan hati...
ini adalah sebait goresan buat pemilik blog : "http://beritamuslim.wordpress.com" yang yang berisikan artikel: Rumahku, adalah Punyaku; Rumahmu… Punyaku Juga Dong! atau juga buat mereka yang mendukung blog tersebut diatas
dimana dalam blog tersebut tertulis berbagai pemikiran yang keliru tentang Islam yang berangkat dari pemahaman yang sebatas pada lingkaran terlaurnya saja......
Semoga goresan ini bisa membawa pemahaman yang lebih bijaksana... lebih mengedepankan Cinta kasih..
Semoga goresan ini bisa membawa pemahaman yang lebih bijaksana... lebih mengedepankan Cinta kasih..
Islam bukanlah agama yang membuat pusing, bingung atau kekacauan dan sumber berbagai kekerasan karena islam itu dasarnya adalah CINTA, Muhammad pertama kali diajarkan oleh jibril dengan maknah cinta yakni Iqra (jika anda mau menerima hal ini, namun bila tidak simak aja paparan ini dulu, itu lebih bijaksana). Makna Iqra (bacalah) disini adalah membaca berbagai keadaan secara general (bukan belajar mengeja), membaca sama dengan memahami sinonim dengan mengerti dan bermuara pada pendalaman pemahaman akan segala yang ada di alam ini dengan bijaksana dan arief. "
Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu" demikian lanjut jibril. Membaca dengan menyebut nama Tuhan dalam Islam dikenal dengan "BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM" yakni dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Maknanya adalah :
Bismillah = menyebut nama Tuhan, sama dengan Mengatasnamakan Tuhan sama dengan Mewakili Tuhan. Hirrahman = Esensi sifat Tuhan yang penuh Kasih, bertanggung jawab, profesional dan Kapability. Nirrahim = Esensi Sifat Tuhan yang penuh Cinta, Keikhlasan, Kedamaian dan Bijaksana.
Jadi pelajaran pertama yang didapat Muhammad dalam memahami kehidupan (yang didalamnya terdapat berbagai chapter; Ekonomi, sosial, politik dll) adalah : Memahami kehidupan dengan pemahaman ketuhanan dan dalam menjalankan segala aktifitas kehidupan berlandaskan kasih, profesional, dan penuh tanggung-jawab serta memiliki dasar cinta dan keikhlasan akan segala yang dilakukan dalam hidup ini, sehingga melahirkan berbagai kondisi pada setiap fase kehidupan yang penuh dengan kearifan dan bijaksana.
Hal tersebut diatas tentunya terpatri pada setiap agama, tidak pada islam saja. lihatlah Budha yang mengajarkan tentang Welas asih dalam dimensi keikhlasan. Simak juga apa yang diajarkan Yesus tentang konsep Kasih yang hakiki. semuanya itu sama karena berasal dari sumber yang sama yakni Tuhan Yang Maha Esa. Karena Setiap utusan Langit atau manusia yang mencari hakekat dan makna hidup berada pada kultur yang berbeda maka inti sari dari setiap ajaran yang mereka terapkan disesuaikan dengan kondisi tersebut.
Karena tidak semua ummat Muslim dapat memahami ini, tapi sebatas pada lingkaran luar saja serta memahami Al-Quran sebatas Tulisan semata maka lahirlah berbagai silang pendapat atau beragam reaksi atas sebua permasalahan. dalam hal ini dibutuhkan pendalaman pemahaman secara hakiki terhadap Islam itu sendiri. Janganlah Mas, atau Mba.. (buat yang punya blog yang dimaksud diatas tersebut, ga tau cewe atau cowo, karena dari kekasaran dalam kalimat mungkin Ia seorang Pria akan tetapi dari Picture nya adalah seorang wanita muslim berjilbab) janganlah menyalahkan Islamnya tetapi salahkanlah Oknum Islam yang mungkin belum sempurna memahami Islam secara hakitat terdalam.
Saya pribadi saat ini lagi belajar memahami Islam secara mendalam, saya juga sering belajar tentang ayat-ayat pada kitab Injil karena selain bagian dari Rukun Iman, pada kitab tersebut juga mengandung kebenaran dari sang sumber Kebenaran Sejati yakni Tuhan ( ALLAH = Islam, Bapa ALA Kristiani, Brahman= hindu, Amitaba = budha dll) Sumber Segala Kebenaran tersebut memiliki berbagai nama akan tetapi Esensinya adalah sama. Jika esensinya sama maka apapun latar belakang anda semua adalah sama adanya, juga dalam berbagai kitab suci terdapat persamaan yang banyak misalnya antara Injil dan Quran karena memang bersumber dari Tuhan yang satu. olehnya kurang bijak jika Al-Quran dikatakan sebagai copy paste dari kitab-kitab yang lain.
Memahami secara hakekat sebuah agama haruslah memahami secara mendalam yang dimulai dari mengenal akan makna dan keberadaan Tuhan dalam diri manusia. Dalam kristiani (Katolik dan Protestan) dimulai dengan mengenal kerajaan Tuhan (bait Alah) yang berada dalam tiap diri manusia. Dalam Islam dimulai dengan Tuhan lebih dekat dari urat leher dan mengenal Tuhan dimulai dengan mengenal diri (man arafa Nafs fa Qad arafa Rab).
Didalam hindu pada kitab Weda (Bhagavad Gita), Tuhan (Hyang Widhi) bersabda mengenai hal ini, sebagai berikut:
Aham atma gudakesa sarva bhutasaya sthitah aham adis cha madhyam cha bhutanam anta eva cha. (BG.X.20).
Aku adalah jiwa yang berdiam dalam hati segala insani, wahai Gudakesa. Aku adalah permulaan, pertengahan dan penghabisan dari mahluk semua.
Sang budha tidak berbicara tentang Tuhan sebagaimana yang dibicarakan pada Islam, Kristen atau Hindu, budha lebih pada memaparkan bahwa semua yang ada adalah karena pikiran itu sendiri lebih jau dalam sutra budha membahasakan : bahwa Dia adalah "Seorang Yang Tidak Dikenal", yang sebenarnya diungkapkan ketika semua manusia memproyeksikan konsep dari keTuhanan kemudian bercakap-cakap dengan "Tuhan" oleh pemikiran mereka yang belum terbangun. Buddha berkata bahwa begitu banyak nama untuk keberadaan yang paling hebat atau kebenaran pada kenyataannya merupakan aksi penamaan dirinya yang membodohi orang. Dia menyatakan:
1. Kasus yang sama boleh dinyatakan kepada aku ketika aku hadir dalam dunia kesabaran di hadapan organg-orang yang bodoh dan dimana aku dikenal dengan sejuta nama-nama yang tak terhitung.
2. Mereka memanggil aku dengan nama-nama yang berbeda tidak menyadari itu semua merupakan nama-nama dari satu Tathagatagarbha.
3. Beberapa mengenal saya sebagai matahari, sebagai bulan; beberapa sebagai hasil reinkarnasi dari orang-orang bijak; beberapa sebagai "10 kekuatan"; beberapa sebagai Rama, beberapa sebagai Indra, dan beberapa sebagai Baruna. ada pula yang memanggil saya sebagai "Yang Tak Terlahirkan", sebagai "Kehampaan", sebagai "Apa adanya", sebagai "Kebenaran", sebagai "Kenyataan", sebagai "Prinsip Terakhir"; masih ada juga yang memanggil saya sebagai Dharmakaya, sebagai Nirwana, sebagai "Yang Abadi"; beberapa ada yang menyebutkan saya sebagai kesatuan, sebagai "Yang tidak ada duanya", sebagai "Yang tidak akan mati", sebagai "Yang tak berbentuk"; beberapa menganggap saya sebagai doktrin atau penyebab Buddha, atau sebagai emansipasi, atau sebagai Jalan Kemuliaan; beberapa juga menganggap saya sebagai pemikiran yang mulia dan kebijaksanaan yang mulia.
4. Demikian dalam dunia ini dan dalam dunia lain, aku dikenal dengan nama-nama yang tak terhitung jumlahnya, tapi mereka melihat aku seperti bayangan bulan di air. Walaupun mereka menghormati, memuji dan menyembah aku, mereka tidak mengerti sepenuhnya arti dan akibat dari kata-kata yang mereka ucapkan; tanpa mengerti kenyataan diri dari kebenaran, mereka bergantung kepada kata-kata dari buku peraturan mereka, atau dari apa yang mereka dengar, atau apa dari yang mereka bayangkan, dan gagal untuk mengetahui bahwa nama yang mereka pakai tidak lain adalah satu nama dari sekian banyak nama Tathagatagarbha.
5. Dari penelitian mereka, mereka mengikuti kata-kata hampa dari teks dengan sia-sia tanpa mengerti arti sebenarnya, bukannya berusaha untuk memiliki kepercayaan dalam "teks", dimana kenyataan yang mengkonfirmasikan diri sendiri mengungkapkan dirinya yaitu memiliki kepercayaan diri dalam perwujudan kebijaksanaan yang mulia.
Esensi hakiki yang di ajarkan budha adalah bagaimana menyelami lautan Cahaya Mind (ami taba = CAHAYA TANPA BATAS ) yang berada dalam diri tiap insan dan temukanlah apa yang seharusnya kamu temukan (Pencerahan sejati, Kerajaan Kristus, Ma'rifatullah) Jika demikian adanya dari segala aspek, maka rasanya tidak ada alasan bagi manusia dimuka bumi ini untuk melakukan berbagai aksi dan merespon berbagai kejadian dengan kemelut-kemelut yang membingungkan dan menjerat laku diri pada sebatas emosi dan ego diri pribadi.
Namun untuk berada pada chapter ini dibutuhkan sebuah kesadaran dalam berpikir secara hakikat agar membaca semuanya lebih arif dan bijaksanan.
Kata ALLAH memang hadir dan sudah disebutkan sebelum Muhammad itu lahir, Kata ALLAH adalah sebuah ungkapan kepada Tuhan yang pada saat itu masyarakat arab baru pada sebatas state pencarian Tuhan berdasarkan Indrawi dan logika semu. meraka menyebut ALLAH dan mengakui sebagai penguasa alam semesta tetapi mereka tidak memahami secara hakikat, dan apabila mereka ditanya tentang Tuhan Mereka maka yang mereka perlihatkan adalah kumpulan patung-patung yang diletakkan di Ka'ba yang ketika itu mereka sebut dengan Lata dan Uzzah, jadi kondisi saat itu adalah mereka menyebut ALLAH tapi mereka juga mengakui Tuhan mereka adalah Lata dan Uzzah, saya memahaminya sebagai sebuah proses analogika akan obyek Tuhan pada Materi karena ketidakmampuan akan pemahaman hakekat. karena mereka sendiri tidak menyamakan antara ALLAH dan Lata dan Uzzah. tapi jika kita bijak untuk berpikir maka akan kita dapati inti sari akan keadaan ini yakni.. proses lahirnya Lata dan Uzzah adalah proses perjalanan manusia mencari Tuhannya. Sebagaimana Ibrahim yang juga pernah keliru dalam memahami Tuhan yakni pada Cahaya Matahari atau Bulan.
Hakikat ka'ba adalah kefana'an atau ketiadaan, dimana apabila seseorang berada di dalam ka'ba maka arah kiblat sudah tidak ada, lebih dalam lagi adalah mengenal dalam kehakikian Ilahia adalah dimulai dengan kefanaan dari segala intraksi dan resonansi energi material sehingga terfokus hanya pada energi Ilahi. Mengelilingi ka'bah tujuh kali dalam pandangan hakekat adalah Tujuh hijab dalam diri manusia yang harus dilewati untuk mencapai kesempurnaan kefanaan, dan tentu saja ini hanya dapat dilakukan dan difahami oleh mereka yang sudah ma'rifat atau tercerahkan.
Hakekat Batu Hajar Aswad adalah gerbang Rahim bagi setiap jiwa yang hadir di alam ini, hajar aswad adalah esensi petualangan jiwa dalam mencari kesempurnaan diri yang sejati sehingga jika dihubungkan dengan Ka'ba dan tawaf maka lahirlah sebuah hikmah yang sangat fenomenal yakni ; "perjalanan jiwa dalam mencari diri sejati menuju kefanaan yang hakiki (maknah Ka'bah) yang dalam perjalanannya harus melewati 7 hijab ( 7 kali putaran tawaf) dimana tiap-tiap hijab haruslah disingkirkan dari pengaruh resonansi pada jiwa itu sendiri yang pada akhirnya hanyalah vibrasi energi Ilahi semata yang melebur dalam dimensi kefanaan yang sempurna". Pada titik ini seorang manusia dinamakan manusia yang arief sedangkan prosesnya dimulai dengan Ma'rifat.
Anda tidak akan bisa memahami hal ini jika anda hanya berada pada dinding terluar dari inti sari kebenaran itu sendiri, anda hanyalah dipermukaan saja bukan pada dasar samudra terdalam dari esensi Cahaya Ilahi, olehnya anda tidak bisa dan tidak akan memahami. ini adalah wilaya akal jiwa. jika anda mengakses dengan akal jasad (otak dan nalar logika) maka anda tidak memahami apapun, yang selanjutnya andapun berbicara sebatas nalar yang rendah dalam ketidak mengertian anda. lihatlah komentar anda akan semua hal tersebut pada blog anda, itu sudah cukup menandakan bahwa anda tidak mengerti apalagi memahami.
Anda mengatakan Muhammad Saw Adalah Sosok pedhopil, Anda terlalu naif dengan pernyataan tersebut.
Muhammad bukanlah sosok pedhopil, rasanya terlalu keras dan kejam jika anda mengatakan demikian, janganlah sembunyi dari ketidakjelasan identitas anda dan menghujat sedemikian parahnya terhadap sosok yang menjadi panutan kaum muslim sedunia, mungkin pernikahan Aisya dengan beliau yang anda kategorikan demikian, tetapi ketahuilah bahwa Aisya diserahkan sendiri oleh ayahnya Abu Bakar Siddik agar dinikahi oleh Rasul Muhammad sebagai bakti tulus dan pengabdian yang suci dari seorang sahabat sejati yang sekian lama membuktikan Kerasulan Beliau. Muhammad sendiri tidak langsung berhubugan suami istri dengan Aisya layaknya pasangan pengantin, akan tetapi beliau bijak untuk menunggu sampai Aisya akil balik.
Saudaraku, menghujat tanpa memahami esensi dan dasar hakikat sebuah kebenaran adalah ego dan kesombongan serta ketiadaan moral yang baik dari anda.. ketahuilah jika ribuan orang bahkan mungkin jutaan yang membaca tulisan anda lantas merespon dengan ketidaksukaan, maka pada saat tersebut anda telah menerima resonansi energi negatif dari alam (dalam bahasa agama disebut dosa) sehingga anda akan mengalami berbagai kendala dan fenomena dalam kehidupan anda. mungkin saat ini belum tapi hal tersebut akan nyata adanya, demikian realnya hukum alam bekerja. Olehnya alangkah indahnya jika yang anda lakukan adalah bagaimana supaya mendapatkan resonansi energi positif dari alam (bahasa agama adalah berkat) sehingga anda senantiasa menjadi bagian dari alam semesta yang penuh kesejukan dan damai karena memang anda adalah penebar kedamaian.
Jika yang anda maksud Zoroastrian adalah zarathustra yang memahami hakikat hidup dalam salah satu bahasanya adalah "Manusia Makna Bumi". Maka saya membenarkan akan hakikat tersebut karena lagi-lagi sumber kebenaran adalah satu adanya akan tetapi Qur'an bukanlah copy paste dari hal tersebut, Qur'an lahir dari proses Tafakkur (mi'raz / meditasi) dimana sag Rasul menembus Cahaya Sejati (Ma'rifat) dan menerima pesan Ilahi melalui pemaknaan dengan mata Qalbu dan akal jiwa lalu membahasakan dengan bahasa yang dimengerti oleh manusia.
Memang benar tentang Yerusalem. Akan tetapi klaim tersebut adalah klaim secara nalar dan logika karena kebaradaan dari Masjidil Aq-sa, jauh sebelum masjidil aq-so dibangun islam, secara hakikat sudah mengakui itu sebagai tempat yang istimewa karena menjadi jejek-jejak manusia yang bijaksana yakni Daud, Sulaiman (solomon) dan Isa (yesus)
Tentang sains.. kembali lagi ini adalah riak-riak pada permukaan, tidak mendalam pada jangkauan hakekat. lagi pula jangan dipredikatkan bahwa islam itu adalah arab, Islam lahir di Arab tapi bukan berarti Arab itu adalah esensi dari Islam. Karena esensi Islam adalah memahami jati diri yang sebenarnya yang dimulai dengan mengenal nafs dari diri dan selanjutnya akan mengenal esensi Cahaya Tuhan yang ada dalam diri. Lakon ini didalam Budha dan Hindu dinamakan Meditasi, yakni menyelami Samudra Cahaya Mind dalam menggapai diri sejati yakni diri yang Ter-Esensi dengan esensi Tuhan, dalam Islam dikenal denngan laku Mi'raz. Yakni perjalanan kedalam diri sendiri yang menembus langit ketujuh, Makna langit ketujuh dalam dunia Sufi adalah tujuh hijab pada diri manusia yang lahir sebagai respon indrawi akan keberadaan ego. jika hijab ini terlampaui dan manusia mampu menembus kedalam dirinya (mi'raz) maka dia akan mengalami penyatuan dengan esensi Nur-Ala Nur ( Cahaya ditas Cahaya) yakni intisari dari esensi Tuhan yang ada pada diri manusia yang letaknya di balik Jiwa.
Jika anda menyatakan tidak menemukan sedikitpun teknologi ilmu pengetahuan meskipun anda telah membolak-balikkan Al-Quran dan Hadist, maka saya berani mengatakan anda tidak serius dalam mempelajari kitab Al-Quran dan Hadist. Professor Dr.Keth Moore, seorang professor janin dan pimpinan Departemen Anatomi Universitas Toronto Kanada, dengan tegas mengatakan " Info tentang ilmu janin di Al-Quran sangat cocok dengan penemuan modern di bidang ilmu janin".
Seorang sahabat bertanya pada Rasulullah, "Ya Rasul saya merasa Tuhan menciptakan sesuatu yang sia-sia pada tubuh manusia yakni rambut dan kuku, ceritakan padaku jika kedua hal tersebut bermanfaat karena menurut saya manusia direpotkan untuk selalu berurusan dengan memotong rambut dan kuku".
Rasulullha menjawab " sesunguhnya tidak ada yang sia-sia apa-apa yang diciptakan oleh Allah di alam semesta ini, termasuk rambut dan kuku. ketahuilah ketika seorang bayi masih dalam rahim ibunya, maka kemanakah segala kotorannya akan dibuang?. Semua kotoran itu terproses membentuk rambut dan sebagian lagi membentuk kuku. dan ketika bayi itu terlahirkan dan berkembang menjadi manusia dewasa, proses kotoran akan terbuang melalui dubur dan air seni, sementara sisa-sisa kotoran yang tidak terbuang melalui hal itu akan terproses lewat rambut dan kuku."
Dua paparan diatas (Al-Quran dan Hadist) menunjukan betapa Qur'an telah membedah ilmu pengetahuan dibidang ilmu janin dan diakui oleh para pakar ilmu janin, demikian juga dengan penjelasan Rasulullah (hadis) tentang rambut dan kuku, yang akhirnya dapat dibuktikan dengan teknologi kedokteran modern. lebih dalam lagi, Para Ulama dan ahli sains muslim dahulu mengkaji Al-Quran tidak sebatas pada kajian Textual, akan tetapi jauh lebih fokus pada kajian dengan Cayaha Ilahi, dan hal ini hanya dilakukan oleh manusia yang sudah memahami esensi Cahaya Ilahi (kerajaan Ala, Ami taba) ketika tingkatan ini diperoleh seorang manusia maka Akal jiwanya akan terbuka dan mulai bekerja, dimana akal jiwa inilah yang mendownload berbagai ilmu keilahian dari Sang Pemilik Ilmu sejati.
Qur-an mempunyai kandungan yang bersifat pengetahuan pada tataran syariat dan hakikat. tataran textual hanya sebatas dipahami secara syariat akan tetapi dibalik itu ada inti hakikat yang hanya bisa dipahami jika sudah tercerahkan (bahasa budha) atau sudah ma'rifat. Demikian juga dengan kitab Injil.
Jika seorang muslim memahai islam secara hakikat, maka dia pasti menyukai musik, puisi dan lagu sebagaimanan khalil gibran dari palestina dan jalaluddin rumi, juga di tanah jawa sunan kalijaga sangat menyukai gamelan, bahkan memanggil orang untuk ke masjid kala itu kanjeng sunan tidak menggunakan beduk tapi menggunakan gamelan. musik atau puisi adalah ungkapan seni dari jiwa-jiwa yang penuh dengan esensi seni itu sendiri. Dan Tuhan adalah Sang Seni Sejati yang hidup pada tiap-tiap jiwa manusia.
Makna universal dari muslim adalah jiwa yang pasrah dan berserah diri pada sang penguasa dan menjadi pelaksana urusan ketuhanan (mengemban amanah) di alam semesta ini. Olehnya sangat sempit dan tidak bisa diterima jika kita mendefinisikan Muslim sebatas Syariat saja, akan tetapi harus jauh dari tingkatan tersebut. mungkin tidak semua orang memahami dan mau menerima ini jika saya mengatakan Sidharta gautama (budha) juga seorang muslim, Sulaiman dan Isa (yesus) juga seorang muslim jika definisi muslimnya sebatas pada makna syariat. olehnya harus bermakna pada titik hakikat. saya pribadi secara hakikat juga dalam perjalanan menjadi budha, atau dalam perjalanan menembus Kerajaan kristus karena pada hakekatnya kita semua akan kembali pada asal yang sama yakni sumber segala kehidupan ini. jadi konsep muslim jika tidak pas dengan bahasa anda jika didefinisikan untuk semua nabi karena penolakan nalar maka jangan dipakai, namun jangan juga menghakimi. berdirilah pada titik yang bijaksana, dan pahami dengan nuansa energi ke-Tuhanan yang penuh Kedamaian maka anda akan memahaminya dalam Cinta.
Al-Qur'an Surat Al-Baqarah (2. 62) : Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin (penyembah dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Nb :Sabiin : pengikut ajaran Nabi jaman dulu, penyembah dewa-dewa, akan tetapi dalam makna hakekat dewa hanyalah sebuah gambaran nama yang ditujukan kepada Tuhan Yang maha sejati.
Dari pemaparan Qur'an surat Al-Baqarah ayat 62 ; Siapapun golongan manusia baik muslim, yahudi, nasarani atau penyembah dewa-dewa atau siapa saja, jika mereka benar benar beriman yakni benar-benar mengenal Tuhan dengan pengenalan yang Hakikat dan membenarkan setiap ajaran tentang Ke-Tuhanan yang hakikat yang dibawa oleh siapa saja (para nabi, rasul, manusia pilihan seperti Budha, Laotse, atau siapa saja yg tercerahkan lalu percaya dengan alam akhirat (secara hakikat) dan berbuat kebajikan, maka kebahagian tercurah dari Tuhan semesta alam, lalu merekapun akan disambut dengan kebahagiaan di gerbang cahaya Surga sebagaimana dijelaskan di Al-Qur'an berikut ;
Al-Quran surat Al-Fajr ( 89.27 - 30) : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.
Akhirnya kembali pada makna : Rumahku, adalah Punyaku; Rumahmu… Punyaku Juga, Jika kita mengenal diri kita maka kita akan mengenal Tuhan yang berada dalam diri kita.. kita adalah esensi Tuhan itu sendiri.. olehnya apa yang aku punya bukan hanya kepunyaanku tapi juga kepunyaanmu demikian sebaliknya. karena selain Tuhan semua adalah tiada.. segala ciptaan di alam semesta sebatas nama belaka.. Tuhanlah segalanya...
Terimakasih.. selamat merenungi.. semoga kita bisa menjadi diri yang penuh kasih dan cinta serta bijaksana dalam berbagai tindakan dan perbuatan... wassalam salam kasih... Jay yusuf
29 Januari 2010 pukul 14.43
subhanallah....
memang pemikiran seperti ini yang dibutuhkan...
ancaman kedepan semakin berat....kita harus lebih siap dan seksama dalam mengadapinya...
jangan mudah termakan isu2 yang tak jelas sumbernya