Welcome

Selamat datang, semoga
bisa memetik hikma dari
berbagai isi Blog ini......
Jangan lupa tinggalkan
Pesan atau komentar....
Makasih..Salam Cahaya..

Wilayah Nafs dalam diri

Adalah sebuah kesempurnaan dari Ilahi tatkala diri mendapatkan sebuah tulisan yang cukup indah ini.
Sajian yang akurat bagi diri dalam melihat sejauh mana chapter dalam sebuah petualangan diri, atau mungkin lebih tepatnya adalah maqom-maqom sebagai dasar dalam melihat petualangan diri pada dimensi spiritual.

Lebih dari sebulan blog ini tidak terposting bukan karena kemalasan atau kesibukan, tetapi lebih pada perenungan diri, karena bagaimanapun segala sesuatu haruslah seimbang dalam rotasi kehidupan, hal inilah membawa diriku untuk belajar dan senantiasa belajar kepada Allah SWT, dimana kekuatan-Nya sebagai pelindung  agar diri ini dapat bersemi sebagi insan yang penuh Kasih dan sayang dalam kekuatannya.. Amin.



Dalam sebuah kesempatan tersajilah sebuah materi indah berikut ini, yang merupakan buah karya dari As Syaikh Bahauddin An Naqsyabandi ra - Pendiri dan Al Mursyid Thariqah Naqsyabandiyah

Semoga sajiannya dapat memberikan hikma yang mendalam ;

GAMBARAN TENTANG NAFS DALAM DIRI MANUSIA


Beliau, As Syaikh Bahauddin An Naqsyabandi ra - menggambarkan setiap stasiun di dalam diri manusia sebagai kota/wilayah, satu sama lainnya saling menempati. 

Bacalah dengan membawa diri kita sebagai pelaku pengembara dalam setiap Kota/Wilayah yang digambarkan, agar kita mendapatkan makna didalamnya untuk diri kita sendiri, sehingga kita dapat mengetahui dimanakah kita sekarang ini berada.

Bagian I - NAFS TIRANI

Bagaikan dalam mimpi, aku tiba pada sebuah kota yang gelap. Kota tersebut sangatlah luas, aku tidak dapat melihat maupun membayangkan batasnya. Kota tersebut dihuni oleh manusia dari berbagai bangsa dan ras. Seluruh perilaku buruk dari setiap mahluk hidup, seluruh dosa, baik yang kuketahui maupun yang tidak berada di sekelilingku.

Apa yang kuamati membawaku pada pemikiran bahwa sejak semula cahaya matahari kebenaran tidak pernah menyinari kota ini. Tidak hanya langit, jalan-jalan, maupun rumah-rumah di kota tersebut berada di dalam gelap gulita, tetapi para penduduknya, yang bagaikan kelelawar, memiliki pikiran dan hati segelap malam.

Sikap amaliah dan perilaku mereka bagaikan anjing liar. Bergumul dan berkelahi satu sama lainnya untuk sesuap makanan, terobsesi oleh nafsu buruk dan amarah, mereka saling menghancurkan dan membunuh.

Kesenangan utama mereka hanyalah bermabuk-mabukkan dan melakukan hubungan seks tanpa membedakan laki-laki dan wanita, isteri dan suami, atau yang lainnya. Berbohong, berbuat curang, bergunjing, memfitnah, dan mencuri adalah tradisi mereka, tanpa sedikitpun perduli terhadap orang lain.

Mereka sama sekali tidak memiliki kesadaran dan rasa takut kepada Tuhan. Banyak di antara mereka menyebut dirinya sebagai Muslim. Bahkan, sebagian dari mereka dianggap sebagai orang bijak seperti para Syaikh, Guru, Cendikiawan dan Penceramah.

Penduduk kota ini memberitahu kepada ku bahwa kota ini bernama "KOTA/WILAYAH AMARAH", kota kebebasan, tempat setiap orang melakukan apa yang mereka sukai.

Aku menanyakan pula siapa nama penguasa kota tersebut. Penduduk kota ini berkata bahwa sang penguasa kota ini bernama "YANG MULIA KEPANDAIAN", ia seorang Astrolog, Ahli Sihir, Insinyur, Ahli Fiqih, Dokter yang memberikan kehidupan pada seseorang yang akan meninggal dunia, seorang Raja terpelajar yang terpandai dan tidak ada duanya di dunia ini, orang-orang Jenius, Profesor, Doktor, Analis, Presiden, Pejabat, dsb.

Para Penasehat dan Menterinya disebut "LOGIKA", para Hakimnya bergantung kepada "HUKUM RASIONALITAS KUNO", para Pelayannya disebut "IMAJINASI DAN KHAYALAN". Seluruh penduduknya sepenuhnya setia kepada penguasanya, tidak hanya menghormati dan menghargainya serta setia kepada pemerintahannya, tetapi juga mencintainya, sebab mereka semua merasakan persamaan sifat, adat istiadat dan perilaku.

Aku pergi menemui sang penguasa "YANG MULIA KEPANDAIAN", dan memberanikan diri untuk bertanya,"bagaimana mungkin para penduduk yang berpengetahuan dari kerajaanmu ini tidak berkelakuan sesuai dengan pengetahuan mereka dan tidak merasa takut terhadap Tuhan ?, bagaimana mungkin tidak seorang pun di kota ini takut terhadap hukuman Tuhan, sementara mereka takut akan hukuman dari mu ?, bagaimana mungkin rakyatmu berperawakan layaknya seorang manusia, namun sifat mereka bagaikan bianatang buas dan liar, dan bahkan lebih buruk lagi ?"

"YANG MULIA KEPANDAIAN" menjawab, "Aku.. seorang yang mampu mengusahakan keuntungan pribadi dari dunia ini, walaupun keuntunganku adalah kerugian bagi mereka, dan itu adalah teladan bagi mereka. Aku memiliki utusan di dalam diri mereka masing-masing. Mereka adalah hamba-hambaku, dan hamba-hamba dari para utusanku yang berada di dalam diri mereka, namun aku juga memiliki seorang guru yang membimbingku, dialah IBLIS.

Bagian II - NAFS YANG PENUH PENYESALAN

Aku yang melalui kota/wilayah NAFS TIRANI memohon kepada sang Raja "YANG MULIA KEPANDAIAN" untuk diizinkan mendatangi sebuah wilayah dengan sebuah istana besar yang berada di tengah kota.

Sang Raja "YANG MULIA KEPANDAIAN" menjawab,"Aku juga berkuasa atas wilayah istana tersebut. Wilayahnya disebut "PENYESALAN".

Di dalam wilayah "PENYESALAN", imajinasi tidak memiliki kekuatan mutlak. Mereka juga melakukan apa yang disebut sebagai dosa. Mereka melakukan perzinaan, mereka memuaskan syahwat/seks mereka, baik dengan laki-laki maupun perempuan, mereka minum khmar/alkohol, mereka berjudi, mencuri, membunuh, bergunjing, dan memfitnah sebagaimana penduduk "NAFS TIRANI", namun sering juga mereka menyadari perbuatan mereka, kemudian mereka menyesal dan bertaubat.

Aku bertemu dengan seorang cedikiawan di wilayah ini, ia menegaskan bahwa mereka berada di bawah kekuasaan "YANG MULIA KEPANDAIAN", namun mereka memiliki administrator-administrator sendiri, yang bernama "KEANGKUHAN, KEMUNAFIKAN DAN FANATISME".

Di antara para penduduk banyak yang tampak seakan-akan suci, taat, soleh dan lurus. Aku mendapati mereka dicemari oleh keangkuhan, egoisme, dengki, ambisi, kefanatikan, dan di dalam persahabatan mereka ada ketidak tulusan, yang terbaik dari mereka adalah bahwa mereka berdoa dan berusaha mengikuti perintah Tuhan, karena mereka takut akan hukuman Tuhan dan takut pula akan Neraka.

Setelah menyusuri wilayah itu, aku melihat lagi sebuah wilayah dengan sebuah istana lain lagi, aku bertanya mengenai istana tersebut kepada salah seorang penduduk yang terpelajar. Ia mengatakan bahwa wilayah istana tersebut di kenal sebagai wilayah "CINTA DAN ILHAM". Saya bertanya mengenai siapakah penguasa wilayah tersebut, dikatakannya bahwa penguasanya bernama "YANG MULIA KEARIFAN" yang memiliki seorang wakil yang bernama "CINTA".

Penduduk terpelajar tersebut berkata,"Jika salah satu dari kami memasuki wilayah CINTA DAN ILHAM tersebut, maka kami tidak menerimanya kembali ke kota/wilayah kami. Karena siapapun yang telah pergi dan masuk kesana akan berubah layaknya para penduduk wilayah itu, siapapun akan sepenuhnya terikat pada wakil penguasa wilayah itu, dan siap mengorbankan apapun terhadap seluruh yang mereka miliki, harta kekayaan mereka, keluarga serta anak-anak mereka, bahkan kehidupan mereka. Itu semua demi sang wakil penguasa wilayah itu yang bernama CINTA."

Ia melanjutkan,"Raja kami, YANG MULIA KEPANDAIAN, melihat bahwa sifat-sifat tersebut sama sekali tidak dapat diterima. Ia takut akan pengaruh dari mereka yang memiliki sifat-sifat tersebut, karena baik kesetiaan maupun tindakan mereka tampak tidak logis dan tidak diterima oleh akal sehat."

Sang Raja berujar,"Kami mendengar bahwa penduduk wilayah CINTA DAN ILHAM tersebut menyebut-nyebut nama Tuhan, bersenandung, dan bernyanyi, bahkan di iringi oleh seruling, rebana, dan gendering, dan mereka melakukan hal tersebut hingga kehilangan kesadaran mereka dan masuk ke dalam Ekstase (para darwis/sufi yang bersenandung memuji Tuhan). Maka, para pimpinan Keagamaan dan Teologis kami melihat bahwa hal tersebut tidaklah dapat diterima. Karenanya, tidak satu pun dari mereka yang bahkan bermimpi untuk menginjakkan kaki di wilayah CINTA DAN ILHAM"

Ba'da Basmalah wa Tahmid wa Sholawat An Nabi saw..


Bagian III - NAFS YANG TERILHAMI

Wilayah "CINTA DAN ILHAM" adalah sebuah wilayah yang kompleks, dengan wilayah positif dan negatif. Egoisme dan kemunafikan masih merupakan hal yang sangat berbahaya pada tingkat ini.

Aku memasukinya, dengan semata-mata mengucapkan kalimat "Laa Ilaaha Ilallah - Tiada Tuhan Selain Allah".

Tak lama kemudian, aku menemukan pondokan para darwis/sufi. Di tempat tersebut aku melihat golongan atas dan bawah, kaya dan miskin, seolah-olah satu. Aku melihat mereka saling mencintai dan menghargai, melayani satu sama lain dengan hormat dan santun, dalam keadaan gembira yang tak ada hentinya.

Mereka berbincang-bincang dan bernyanyi, nyanyian dan perkataan mereka memikat hati, indah dan selalu berkenaan dengan Tuhan, alam akhirat, spritualis dan lepas dari segala kecemasan dan penderitaan, bagaikan hidup di alam surga. Aku tidak mendengar atau melihat apapun yang menyerupai perselisihan ataupun pertengkaran, tida ada yang membahayakan ataupun merusak. Tidak ada tipu daya ataupun kedengkian, kecemburuan, maupun gunjingan. Aku tiba-tiba merasakan kedamaian, kenyamanan dan kebahagiaan di tengah-tengah mereka.

Aku melihat seorang tua, kepekaan dan kearifan memancar melalui matanya. Aku tertarik padanya dan kemudian menghampirinya, "Sahabat, aku seorang pengembara yang papa, dan dalam keadaan sakit, yang sedang mencari obat penyakit kegelapan dan kealpaan. Adakah seorang dokter di wilayah ini yang dapat menyembuhkan diriku ini ?". Ia terdiam sejenak, aku menanyakan namanya, ia menyebut namanya sebagai "PETUNJUK". Kemudian ia berkata, "Nama kecilku KEBENARAN, sejak zaman dahulu, tidak satu pun kebohongan keluar dari bibirku, tugas dan wewenangku adalah menunjukkan jalan kepada mereka dengan tulus mencari kebersamaan dengan YANG MAHA TERCINTA."

Sang orang tua tadi kemudian menggambarkan pada ku mengenai wilayah KAUM PENIRU yang berada di dalam wilayah ini. Ia berkata,"inilah wilayah kaum munafik, yang menirukan bentuk luar dari pemujaan dan ajaran spiritual tanpa pemahaman batiniah. Dokter ahli yang engkau cari guna menyembuhkan penyakitmu itu tidak berada di wilayah ini. Tidak pula toko obat yang menyediakan obat untuk penyakit lalai, kegelapan hati, mereka sendiri disini sebenarnya sakit dengan penyakit diri mereka sendiri. Mereka menyebut diri mereka sebagai Kekasih Tuhan, namun hanya menjadi Tuan Peniruan." 

"Mereka menyembunyikan tipu daya, sikap munafik, dan kedengkian dengan sangat baik. Walaupun lidah mereka tampak mengucapkan doa-doa dan nama-nama Tuhan, dan engkau kerap menemukan mereka berada di tengah kumpulan para darwis/sufi. Engkau tidak akan menemukan pada mereka obat untuk menyembuhkan penyakit kelalaian dan kealpaan."

Ba'da Basmalah wa Tahmid wa Sholawat An Nabi saw..



Bagian IV - NAFS YANG TENTRAM

( dalam manuskrip beliau - As Syaikh Bahauddin An Naqsyabandi ra menggambarkan Orang Tua yang ditemukan oleh pengembara pada Bagian III - NAFS YANG TERILHAMI adalah bahasa lain dari seorang Syaikh Mursyid/Waliyam Mursyida, yang dinamakan juga sebagai PETUNJUK. Beliau juga memberikan catatan bahwa pekerjaan lain yang diperlukan dalam tingkat wilayah ke IV ini adalah dengan mengurangi perasaan terpisah dari Tuhan dan mulai menyatukan beragam kecenderungan yang telah dibangun. )

Orang Tua itu mengirim aku untuk memasuki wilayah NAFS YANG TENTRAM, wilayahnya Para Pejuang Spiritual.

Aku mengikuti nasehatnya dan pergi ke wilayah itu. Orang-orang yang kutemui di sana berperawakan kurus dan lemah, lembut, bijaksana, bersyukur, taat beribadah, patuh, berpuasa, merenung dan bermeditasi. Kekuatan mereka terletak pada pengamalan akan hal-hal yang mereka ketahui. Aku mendekati mereka, dan melihat bahwa mereka telah meninggalkan sifat-sifat buruk akibat sifat-sifat mementingkan diri sendiri, dan dari bayangan-bayangan alam bawah sadar mereka.

Aku ikut bertempur dengan Egoku siang dan malam, namun tetap saja aku menjadi seorang Politeisme yang banyak "Diriku" dan "Aku" yang saling bertengkar walaupun menghadap kepada Tuhan Yang Satu.

Hal ini, yakni penyakitku yang menjadikan banyaknya "Aku" sebagai mitra Tuhan, membentuk bayangan yang tebal di atas hatiku, menyembunyikan kebenaran, dan membuatku terjebak di dalam kelalaian yang fatal.

Aku memberitahu mereka - Para Pejuang di wilayah ini, yang kuanggap sebagai Dokter, mengenai penyakitku, yakni Politeisme yang tersembunyi, kelalaian yang fatal dan memprihatinkan serta kegelapan hati, aku pun meminta pertolongan mereka.

Mereka berkata kepadaku, "Bahkan di wilayah ini, tempat orang-orang bertempur dengan ego mereka, tidak ada obat bagi penyakitmu itu."

Mereka menyarankan aku untuk tetap terus berjalan, menuju ke wilayah yang bernama Permohonan dan Tafakur (NAFS YANG RIDHA). Mungkin saja di sana, menurut mereka, akan ada orang yang dapat menyembuhkan penyakitku. Dengan izin dari Orang yang telah kutemukan sebelumnya, aku pun melanjutkan perjalan menuju wilayah yang disarankan oleh orang-orang di wilayah ini.

Ba'da Basmalah wa Tahmid wa Sholawat An Nabi saw..

Bagian V - NAFS YANG RIDHA

Aku memasuki wilayah "NAFS YANG RIDHA" atau dengan nama lain wilayah "MEDITASI (TAFAKUR)". Ketika aku sampai di sana, aku melihat para penduduknya terlihat demikian tenang dan damai, mengingat Tuhan secara terus menerus, melantunkan nama-nama Nya yang indah dan agung.

Perilaku mereka begitu lembut dan penuh sopan santun. Mereka hampir tidak pernah berbicara sebab takut akan saling mengganggu dalam melakukan meditasi yang khusyuk. Mereka begitu ringan bagaikan bulu burung, namun mereka takut akan membebani orang lain.

Aku menghabiskan waktu bertahun-tahun di wilayah ini, akan tetapi, aku belum juga sembuh dari penyakit Dualisme "AKU" dan "DIA" yang masih membentuk bayangan tebal di atas hatiku.

Air mataku mengalir deras. Dalam keadaan teramat sedih, lemah, dan sangat terpesona, aku terjatuh dalam suasana yang aneh, ketika lautan kesedihan terasa menyeliputi dan mengelilingi ku.

Saat aku berdiri dengan perasaan tidak berdaya, sedih, tak sadar, muncullah seseorang yang tampak amat Tampan bermandikan cahaya. Ia menatapku dengan mata yang penuh kasih sayang dan berkata kepadaku :

"wahai budak dirinya yang papa, yang dalam pengasingan di tanah yang asing.. wahai pengembara yang jauh dari kampung halaman, wahai engkau yang berduka, engkau tidak akan menemukan obatmu di wilayah ini. Tinggalkanlah tempat ini, pergilah ke wilayah nun jauh lagi di sana. Nama wilayah itu adalah wilayah "PENAFIAN DIRI (FANA')". Di sana engkau akan menemukan obat yang engkau cari, Dokter yang telah menafikan diri mereka.."

"Mereka tidak memiliki raga, yang mengetahui rahasia "Jadilah Tiada, Jadilah Tiada, Jadilah Tiada, maka Kau akan Ada, Kau akan Ada, Kau akan Ada, maka Kau menjadi Ada selamanya.."





Posting Komentar

Anda punya saran atau komentar..silahkan biar kita bisa berbagi. gunakan acount anonymous bila tak punya count google atau lainnya.

::: Narasi perjalanan menuju Tuhan :::
(Scr Narasi : Attar )
Luangkan waktu anda sejenak... Rilex dan tenang dalam damai lalu dengarkan alunan NARASI dibawah ini..... Pahami dengan hati dan Renungkan hikmahnya Semoga bermanfaat..........Tq.
.