Welcome

Selamat datang, semoga
bisa memetik hikma dari
berbagai isi Blog ini......
Jangan lupa tinggalkan
Pesan atau komentar....
Makasih..Salam Cahaya..

Lihatlah lebih dalam..

Aku ingin merangkai syair..
lalu mencari seorang wanita yang mabuk untuk melantunkannya..
Aku ingin lantunannya begitu menggemah, karena Ia masih buta tentang hidup ini...
Aku ingin Ia mengerti tentang makna mencintai dan di cintai.. olehnya ia harus berteriak sekeras mungkin. 
Berteriak dalam irama kelembutan tentunya. 
Hai wanita mabuk... 
dendangkanlah syair berikut ini buat lelaki yang menyentuh hatimu.. 




Hei.. Kamu..
Yang ingin jadi teman hidupku...

Janganlah terlena dengan rupaku, karena saat ini engkau lagi mabuk, dan masih ada jarak diantara kita, ketika jarak dicabut AKAD lalu sadarkan dirimu akan hadirku seutuhnya, maka engkau akan sibuk membandingkan segala rupaku dengan berbagai tatapan liarmu pada sosok yang menggairahkanmu...

Janganlah terpedaya dengan aroma yang kutebarkan dari setiap lakonku dihatimu yang masih buta, karena bila engkau terjaga kelak, engkau kemungkinan  begitu lemah dan  lebih sering menjadi biang keributan pada setiap masalah yang membutuhkan setitik kesabaran.

Jangan pula engkau sibuk menyanjungku dengan mutiara indah dari alunan kalimat semu, karena engkau masih terlalu lugu untuk menjadi pujangga berhati lembut. Bila kelak engkau dirundung kalut dan kebosanan, maka diam dan keacuhanmu adalah kebiasaan amarahmu dibalik pancaran ego yang menyelubungi jiwamu.

Olehnya...

Milikilah diriku seperti engkau menjadi telaga dan akulah mata airnya.. satu dalam kesatuan lalu mengalir dalam kesejukan, memberi minum pada makhluk yang dahaga tanpa pamrih, menjadi sumber kehidupan dalam cinta adalah karakter dasar berpondasikan tulus dan sabar.

Milikilah diriku seperti angin yang merangkul awan, lalu meneteskan bait-bait kedamaian untuk menyejukkan jiwa-jiwa yang tandus di alam ini.

Milikilah diriku seperti seorang penari yang belajar memiliki dan menguasai tariannya. Perpaduan keduanya tidak melebihkan satu pihak sedikitpun.. Alam adalah musiknya ketika kita bergerak mengiringinya.

Dan milikilah diriku seperti pelita yang memiliki cahaya, memancar dalam kegelapan hati  bagi jiwa-jiwa yang ingin mencari cahaya diri, lalu merangkul dalam sabda cinta untuk dendangkan syair kehidupan bertajuk kasih..

Kelak Nanti...

Bila kita berbeda rasa..
Jangan jadikan dirimu seperti singa, lalu memandangku bagai rusa betina yang ingin engkau terkam.
Tapi pandanglah aku seperti gelombang yang menderu dipinggir pantai, lalu datangilah aku dan menarilah diatasku,  karena ku tahu engkau adalah peselancar yang tangguh..

Bila kita enggan menyapa..
Janganlah anggap hadirku seperti kembang plastik yang hanya bisa dijadikan pajangan, tanpa disiram dan tanpa di sentuh, lalu dilumuri debu kebencianmu.
Tapi pandanglah hadirku seperti sebatang pohon mangga didepan rumahmu, walau kurang menggapai pedulimu, aku tetap memberikan kerindangan dari teriknya sang mentari, dan terkadang engkau begitu bahagia menikmati aroma buahku.

Bila kita terhanyut duka..
semua karena nestapa dalam gelombang hidup yang menerjang, maka janganlah kita saling menyalahkan, lalu engkau tenggelam dalam murkamu seolah akulah dewi kemalangan yang datang menyelimutimu dalam musibah.
Tapi jadikanlah hadirku sebagai sosok yang pernah membuatmu ber-ikrar janji untuk senantiasa di sisiku, menemani hari kelabuku, melindungiku dari getirnya hidup, menjadi nahkoda bahtera cinta kita.

Dan bila Tuhan menganugerahkan kita putra putri, maka mereka bukanlah sebatas buah hati kita, tetapi mereka juga mutiara hidup kita bahkan lebih, sehingga jikalau nanti ada sikap dan kalimatku yang membuatmu benci, maka pandanglah mereka. Disana engkau akan menemukan...
...tulusnya kasihku...
...murninya cintaku...
...ikhlasnya pengorbananku...
pada tatapan mata mereka yang polos, pada tawa dan canda mereka yang lucu, pada tangis dan manja mereka yang mengundang rasa gemes.
Rasakan hadir mereka yang melahirkan hangatmu senyata mungkin, nikmati nuansa damai ketika bercengkrama dengan mereka, lalu renungkanlah..

Jika mereka memiliki seorang ibu yang lagi bersedih hati dan menunggu sapamu dalam kasih yang abadi, di balik tulusnya senyum hangatmu yang membuatku terkesima sejak dulu.

Dan bila engkau bisa membawaku di padang kedamaian, menyaksikan nyanyian rusa di ufuk purnama, mendengarkan dendang cendrawasih di kedalaman jiwa.. saat itu aku ingin menari.. aku ingin menari diatas dadamu yang seluas samudera karena kebencian telah punah dan terkikis darinya..
Aku juga ingin memahat syair-syair cinta di hatimu yang bening, karena ketulusan telah mekar didalamnya.

Dan aku ingin menulis sepucuk surat cinta buatmu..
Maukah kamu membacanya..?





Demikianlah Rangkaian syairku untuk engkau renungkan..


Aku juga ingin merangkai syair buat seorang pria yang lugu..
Aku ingin ia dapat memahami cinta di hati wanita.. lalu mengajarkannya padaku..
lelah sudah aku mencari pria itu..
namun di ujung harapan, aku mendapati seberkas goresan indah dari seorang laki-laki lugu yang membuat istrinya menangis...( syamsudiin dalam kisahnya di http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/04/21/astaghfirullah-aku-telah-membuat-isteriku-menangis)

Tiga  tahun dalam mengalun bahtera rumah tangga, ia mencoba mengajak istrinya untuk evaluasi perjalanan cinta mereka, mengkaji dan melihat lebih dalam lagi akan pribadi masing-masing. Mereka menyepakati untuk membuat sebuah daftar yang berisi dua bagian ; "Hal yang disukai" dan "Hal yang tak disukai" dari pasangan. mereka pun meramunya dari hal-hal keseharian dalam hidup masing-masing. 
di ujung waktu yang telah di tentukan, ternyata sang istri tidak mampu menyelesaikan dengan alasan Takut....
Sementara sang suami telah menyiapkan sebuah amplop tertutup yang berisi daftarnya sendiri..Masih banyak cara lain bagi kita untuk saling memahami, demikian alasan istri... 
Hingga memasuki tahun ke lima, mereka menjalani rumah tangga sebagaimana layaknya pasangan lainnya..
berikut ungkapan sang suami ;


Lima tahun berlalu dengan damai, kami telah melalui hidup berkeluarga sebagaimana orang lain menjalaninya. Perjalanan penuh cinta, sehingga melewati batas-batas pengungkapan berupa kata, pengejawantah dari keagungan makna yang bukan sekedar sebutan. Semuanya mengalir tanpa guncangan yang berarti, paling hanya sealun riak kecil setara hembusan angin mengguncangkan dedaunan di ujung ranting. Kekuatan yang justru sebagai penghadir satu simfoni baru menuju irama kehidupan yang lebih indah.
Sampai akhirnya kami terdampar di era jejaring dan media sosial. Sebuah zaman dimana yang jauh bisa menjadi dekat sementara yang dekat menjadi jauh, dimana tweet dan status jadi gumaman. Ketika itu isteriku mulai meragukan arti komitmenku, sebagaimana keraguannya akan ketulusan yang tak pernah terungkapkan. Sebab cintaku hanya memenuhi hati dan kesadaran bukannya berupa tebaran kata apalagi suara.
Upaya pembelaan dirilah yang membawaku ke perhentian terakhir lima tahun yang lalu, sebuah amplop putih tertutup rapat yang telah terpendam nyaris terlupakan di lemari arsipku kembali kuangkat ke permukaan. Sebagai bukti bagaimana seharusnya isteriku memahamiku. Amplop itu berisi daftarku, meskipun tanpa pertukaran aku akan menyerahkannya. Menyerahkan untuk dibuka oleh isteriku hari ini. Ada keraguan dan sedikit rasa takut dalam dirinya mengiringi, takut akan adanya hal-hal yang menyakitkan di dalam sana, sebab satu bagian dari daftar itu adalah hal-hal yang tak kusukai darinya!
Gemetar tangannya melakukan itu, sobekan sayap penutup amplop di bagian belakang telah memunculkan celah tempat keluarnya dua lembar kertas biasa yang kuisikan lima tahun yang lalu. Salah satunya sebuah daftar empat kolom dan tiga puluh lima baris dengan judul : Daftar Hal-hal yang Kusuka dan yang Tidak Kusuka dari Orang yang Sangat Kusayangi :  ! Pada bagian ‘Yang Kusuka’, aku hanya menulis Keseluruhan Dirimu! dan pada bagian ‘Yang Tidak Kusuka’ kutuliskan  Nihil.


Pada lembar yang lain tergurat seuntai bait : Setiap kali kutambahkan satu hal yang tidak kusuka darimu dalam daftarku, aku harus menghapus dua kebaikan yang kumiliki! Oleh sebab itu kusadari, kalau sesungguhnya tak ada yang tak kusuka darimu, karena di saat kita mencintai seseorang segalanya akan tampak baik dan kita akan menerima apa adanya!



Kulihat segumpal air bening mengalir dari kelopak matanya, berjatuhan berwujud tetesan, yang setiap tetesnya mengabarkan ribuan makna.
Sebentuk harap dari sudut terdalam lubuk hatiku, semoga apa yang dirasakan isteriku hari ini juga bisa engkau rasakan wahai wanita Indonesia, tatkala diposisikannya engkau yang bukan di belakang, bukan di bawah, tetapi di sisi rusuk orang tercinta, darimana awalnya engkau bermula.

Posting Komentar

Anda punya saran atau komentar..silahkan biar kita bisa berbagi. gunakan acount anonymous bila tak punya count google atau lainnya.

::: Narasi perjalanan menuju Tuhan :::
(Scr Narasi : Attar )
Luangkan waktu anda sejenak... Rilex dan tenang dalam damai lalu dengarkan alunan NARASI dibawah ini..... Pahami dengan hati dan Renungkan hikmahnya Semoga bermanfaat..........Tq.
.