Mem- Bismillah -kan Ramadhan..
Jiwa mengalir dalam rasa, untuk sekian kalinya terinduksi oleh getar-getar molekul akal pikiran; terpercik dan tergelincir akan makna yang terpahat dalam irama ego. Mencoba bangkit beriramakan sirr agar mekar dalam keseimbangan pada tataran dimensi keilahian...
Membaca segala makna dalam pemahaman yang lebih dalam..
Mengalir dalam irama Ramadhan untuk gapai kefitraan sejati..
Mengalun dalam taburan zikir untuk menuai cahaya yang terpatri..
Di pojok hati, pada sebuah goresan tanya "Mengapa jiwaku belum mekar"
Bismillah.. Ku sebut nama-Mu
Bismillah.. Ku mewakili kehendak-Mu
Bismillah.. Ku melakukan tugas-Mu
namun... seringkali
Aku sebut nama-Mu dalam ketidaksadaran, sehingga nama itu tiada memberi warna dan energi sedikitpun, hanya sebatas ucapan basa-basi.. Apa yang salah dengan diriku..? yang pasti ini adalah kebodohan dalam ketidaksadaran.
Aku mewakili kehendak-Mu, namun sering tertapak pada pijakan kehendak yang dilumuri ego sendiri, seharusnya mewakili-Mu adalah tugas suci untuk melakukan apapun dalam kebenaran yang bangkit atas nama kebenaran itu sendiri...
Aku melakukan tugas-Mu, adalah amanah terbesar dalam irama hidupku, seharusnya demikianlah hidupku sesungguhnya, namun sering ternodai sehingga mengalir dalam ketidakselarasan antara jiwa dan sirr, aku telah menjadi diri yang buram dalam cermin Ilahi lalu semakin buta dalam melakoni hidup. Hidup yang hanya sebatas pada memandang dan melihat apa yang bermanfaat buat diriku semata.
Bismillah Aku merangkul Ramadhan...
Bismillah Aku melebur dalam Ramadhan..
Bismillah Aku menjadi Ramadhan..
Melepas segala yang ada, karena Engkaulah yang menjadi tujuan hidup sesungguhnya.
Tenggelam dalam rangkulan, agar terbasuh jiwa dalam makna Ramadhan, Ramadhan adalah esensi jiwa untuk melakoni hidup karena-Mu sehingga terbingkailah diri dalam sabar, ikhlas dan pasrah.
Sadar dalam rangkulan lalu melebur dalam esensi ke Ilahian, jiwapun terpana pada segala karunia yang dirasakan, jiwa telah mengerti akan jiwa itu sendiri. disinilah jiwa memahami akan maknah kesaksian sejati..
Dari sebuah peleburan, jiwa tidak lagi terpisahkan; adalah jiwa yang telah menjadi Ramadhan, Jiwa yang mengalir dalam segala variabel namun ia tetap menjadi Ramadhan, tidak tersentuh oleh partikel negatif sedikitpun juga tidak larut dalam partikel positif. Ia telah menjadi siratal mustakim.. yakni jalan yang lurus dan mendaki.
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
(yaitu) Melepaskan budak dari perbudakan (perbudakan diri dari ego)
Membaca segala makna dalam pemahaman yang lebih dalam..
Mengalir dalam irama Ramadhan untuk gapai kefitraan sejati..
Mengalun dalam taburan zikir untuk menuai cahaya yang terpatri..
Di pojok hati, pada sebuah goresan tanya "Mengapa jiwaku belum mekar"
Mekar dalam cinta berfibrasikan Ramadhan, agar meleburkan segala penat ketidakmengertian akan diri dan berharap sandaran dalam kehangatan selimut suci dalam keabadian tanpa paradigma.
Bismillah.. Ku sebut nama-Mu
Bismillah.. Ku mewakili kehendak-Mu
Bismillah.. Ku melakukan tugas-Mu
namun... seringkali
Aku sebut nama-Mu dalam ketidaksadaran, sehingga nama itu tiada memberi warna dan energi sedikitpun, hanya sebatas ucapan basa-basi.. Apa yang salah dengan diriku..? yang pasti ini adalah kebodohan dalam ketidaksadaran.
Aku mewakili kehendak-Mu, namun sering tertapak pada pijakan kehendak yang dilumuri ego sendiri, seharusnya mewakili-Mu adalah tugas suci untuk melakukan apapun dalam kebenaran yang bangkit atas nama kebenaran itu sendiri...
Aku melakukan tugas-Mu, adalah amanah terbesar dalam irama hidupku, seharusnya demikianlah hidupku sesungguhnya, namun sering ternodai sehingga mengalir dalam ketidakselarasan antara jiwa dan sirr, aku telah menjadi diri yang buram dalam cermin Ilahi lalu semakin buta dalam melakoni hidup. Hidup yang hanya sebatas pada memandang dan melihat apa yang bermanfaat buat diriku semata.
Bismillah Aku merangkul Ramadhan...
Bismillah Aku melebur dalam Ramadhan..
Bismillah Aku menjadi Ramadhan..
Melepas segala yang ada, karena Engkaulah yang menjadi tujuan hidup sesungguhnya.
Tenggelam dalam rangkulan, agar terbasuh jiwa dalam makna Ramadhan, Ramadhan adalah esensi jiwa untuk melakoni hidup karena-Mu sehingga terbingkailah diri dalam sabar, ikhlas dan pasrah.
Sadar dalam rangkulan lalu melebur dalam esensi ke Ilahian, jiwapun terpana pada segala karunia yang dirasakan, jiwa telah mengerti akan jiwa itu sendiri. disinilah jiwa memahami akan maknah kesaksian sejati..
Dari sebuah peleburan, jiwa tidak lagi terpisahkan; adalah jiwa yang telah menjadi Ramadhan, Jiwa yang mengalir dalam segala variabel namun ia tetap menjadi Ramadhan, tidak tersentuh oleh partikel negatif sedikitpun juga tidak larut dalam partikel positif. Ia telah menjadi siratal mustakim.. yakni jalan yang lurus dan mendaki.
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
Q.S.Al-Balad:12 |
(yaitu) Melepaskan budak dari perbudakan (perbudakan diri dari ego)
Q.S. Al-Balad:13 |
19 Agustus 2011 pukul 00.49
Masih mengalir ya, jadi ilmuwan beneran sudah ni ... Selamat Lebaran ..