Welcome

Selamat datang, semoga
bisa memetik hikma dari
berbagai isi Blog ini......
Jangan lupa tinggalkan
Pesan atau komentar....
Makasih..Salam Cahaya..

Mem- Bismillah -kan Ramadhan..


Jiwa mengalir dalam rasa, untuk sekian kalinya terinduksi oleh getar-getar molekul akal pikiran; terpercik dan tergelincir akan makna yang terpahat dalam irama ego. Mencoba bangkit beriramakan sirr agar mekar dalam keseimbangan pada tataran dimensi keilahian...

Membaca segala makna dalam pemahaman yang lebih dalam..
Mengalir dalam irama Ramadhan untuk gapai kefitraan sejati..
Mengalun dalam taburan zikir untuk menuai cahaya yang terpatri..

Di pojok hati, pada sebuah goresan tanya "Mengapa jiwaku belum mekar"
Mekar dalam cinta berfibrasikan Ramadhan, agar meleburkan segala penat ketidakmengertian akan diri dan berharap sandaran dalam kehangatan selimut suci dalam keabadian tanpa paradigma.

Bismillah.. Ku sebut nama-Mu
Bismillah.. Ku mewakili kehendak-Mu
Bismillah.. Ku melakukan tugas-Mu

 namun... seringkali

Aku sebut nama-Mu dalam ketidaksadaran, sehingga nama itu tiada memberi warna dan energi sedikitpun, hanya sebatas ucapan basa-basi.. Apa yang salah dengan diriku..? yang pasti ini adalah kebodohan dalam ketidaksadaran.

Aku mewakili kehendak-Mu, namun sering tertapak pada pijakan kehendak yang dilumuri ego sendiri, seharusnya mewakili-Mu adalah tugas suci untuk melakukan apapun dalam kebenaran yang bangkit atas nama kebenaran itu sendiri...

Aku melakukan tugas-Mu, adalah amanah terbesar dalam irama hidupku, seharusnya demikianlah hidupku sesungguhnya, namun sering ternodai sehingga mengalir dalam ketidakselarasan antara jiwa dan sirr, aku telah menjadi diri yang buram dalam cermin Ilahi lalu semakin buta dalam melakoni hidup. Hidup yang hanya sebatas pada memandang dan melihat apa yang bermanfaat buat diriku semata.

Bismillah Aku merangkul Ramadhan...
Bismillah Aku melebur dalam Ramadhan..
Bismillah Aku menjadi Ramadhan..

Melepas segala yang ada, karena Engkaulah yang menjadi tujuan hidup sesungguhnya.
Tenggelam dalam rangkulan, agar terbasuh jiwa dalam makna Ramadhan, Ramadhan adalah esensi jiwa untuk melakoni hidup karena-Mu sehingga terbingkailah diri dalam sabar, ikhlas dan pasrah.

Sadar dalam rangkulan lalu melebur dalam esensi ke Ilahian, jiwapun terpana pada segala karunia yang dirasakan, jiwa telah mengerti akan jiwa itu sendiri. disinilah jiwa memahami akan maknah kesaksian sejati.. 

Dari sebuah peleburan, jiwa tidak lagi terpisahkan; adalah jiwa yang telah menjadi Ramadhan, Jiwa yang mengalir dalam segala variabel namun ia tetap menjadi Ramadhan, tidak tersentuh oleh partikel negatif sedikitpun juga tidak larut dalam partikel positif. Ia telah menjadi siratal mustakim.. yakni jalan yang lurus dan mendaki.


Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?

Q.S.Al-Balad:12

(yaitu) Melepaskan budak dari perbudakan (perbudakan diri dari ego)


Q.S. Al-Balad:13







Selengkapnya...

Singgalah di hati..


Singgalah di hatimu sejenak,
 bila engkau ingin merenung..
Singgalah di hatimu sedetak saja,
 bila engkau inginkan damai..

Singgalah di hatimu lalu renungilah akan perjalanan dirimu di alam fana ini.. Lelah nian terpatri dari raut wajahmu akan gambaran suram warna hidupmu. Engkau bahkan tak menyadarinya..
Singgalah di hatimu lalu temukan setetes kedamaian di lubuk hatimu. Karena engkau tidak akan menemukan dalam kehidupanmu yang nyata, semuanya ilusi dalam ikatan nalar yang semu.







Bila masih mungkin, singgahlah di gubuk kecil ku..

Gubuk kecilku yang begitu mungil, berdiri ditengah pematang sawah nan subur. Di bawah lereng bukit nan hijau. Disini setiap hari aku belajar dengan alam dalam keselarasan. penaku adalah hembusan angin dan setiap saat aku menuliskan kisahku di atas langit nan biru.








Saya yakin, kamu akan suka karena ada nyanyian burung-burung kuntul yang melantunkan nada cinta buat sang petani yang lagi termenung. Ia adalah  sahabat  para petani.   kepakan sayap putihnya adalah tarian bidadari yang menyisiri taman surga. Bila mentari berarak singgah ke ufuk barat dalam rona merahnya yang terbias, sikuntul pulang kekandang dengan membawa cerita hidup yang tergores pada setiap lembar buluhnya. 





Tinggalkanlah si kuntul yang lagi memahat mimpinya dan simaklah gemercik air yang indah menetes dari bilah bambu yang terpasang di belakang gubuk.  Air itu terus mengalir dalam iramanya yang indah, lalu menanjak melewati potongan-Potongan bambu dan akhirnya terjun dan melepaskan dirinya dalam pasrah di muara penampungan. Sekian lama nyanyian gemercik mengiringi gubuk kecilku, aku bahkan tidak tahu dari mana ia bersumber bahkan mungkin tidak perduli, dan ia pun begitu, seakan tidak menuntut banyak akan perlakuan khusus pada setiap tetesannya, kadang ia larut dalam dahagaku dengan aroma kesejukannya, dan kadang ia meresap dingin dalam setiap pori-pori tubuhku dalam basuhannya.




Gubuk itu aku namakan dengan istana jiwa.. Isatana yang damai dan teduh..
Singgahlah.. maka kamu akan merasakan kedamaian yang teduh..

Setiap yang singgah ke gubuk ini, selalu saya  suguhkan hidangan ruhani, saya merasa orang seperti anda sudah jenuh dengan segala hidangan jasmani. hahaha...   dan indahnya hidangan ini jikalau  disimak dengan keselarasan dalam jiwa.

ini adalah sebait kebenaran...


Ketika aku berkelana dalam petualanganku..
lalu senandungkankan bait kebenaran...
buat mereka yang silih berganti hadir dalam sapaku..

Inilah sepenggal bait-bait kebenaran buatmu...

Ada yang diam dalam lamunan ketika rangkaian kalimat kulantunkan dalam rasa.
Ada yang mencoba tersenyum dibalik ketidak mengertiannya untuk sekedar terlihat santun.
Ada yang bergolak dalam  syairnya karena merasa paling mengerti lalu menolak di beritahu.
Ada yang  menerima dalam diam dan menunggu bait-bait berikutnya untuk dirangkaikan.


Wahai saudaraku.. Aku bukanlah Ahli kitab yang bermodalkan hapalan ayat-ayat Tuhan untuk kusenandungkan kehadapanmu, karena aku tidak mengerti apapun tentang ayat-ayat Tuhan. Sekian lama aku terpasung dalam kerangka kebodohan, tapi akhirnya aku mengerti sedikit dan ingin kukabarkan kepadamu tentang rahasia dalam bait-bait kebenaran ini.

Bait-bait yang mengalir seirama rintik hujan di relung kesadaran diri, meneteskan sabda, menjawab  tanya dalam nestapa, lantaran diri yang mabuk dalam ketidak sadaran akan nyanyian halilintar ego. Bait-bait yang terlupakan dalam makna, namun selalu mengalir disetiap arah tatapan, ia tak pernah jenuh untuk hadir dalam visi kodrat alamnya. Ada yang menyambut hadirnya dalam suka, lalu mengalir bersamanya lantaran telah sampai pada suatu kehendak sejati. Namun lebih banyak yang tidak paham akan dendangannya,  sehingga lebih memilih untuk tidak peduli dan memandang segala yang ada dalam ketidak mengertian yang panjang. Dan sebagian lagi tenggelam dalam kemelut, lalu mencoba lari dengan segala daya yang tersisa.

Bait-bait itu  kini mulai panjang lalu merangkai sebuah alinea. Alinea yang mengisahkan tentang tarian kehidupan agar engkau mengerti segala gerak hidupmu. Tarian dalam mengarungi samudera kehidupan berbiduk kesabaran, agar engkau terbebas dari keserakahan, kebodahan, kemarahan  yang semuanya dimulai dari terperangkapnya dirimu dalam cengkraman akal pikiran yang dilumuri ego. Ego yang menguasai alam pikirmu lalu menjadikan dirimu menuruti segala kehendaknya. Akhirnya engkaupun tak suci lagi karena kodrat dirimu adalah suci adanya.

Bait-bait  itu  senantiasa mengalir dalam setiap irama hidupmu, namun lantaran ketidaksadaran akan kebodohanmu, maka ia bagaikan angin lalu dalam lamunan hidup. 
Hingga disebuah perbatasan.. ketika kemelut datang mencekam dibalik ketidak berdayaanmu, melumpuhkan akal pikiranmu, membalutmu dengan ketakutan yang tiada bertepi, disitulah sang fajar kesadaran mulai terbit untuk membiaskan cahaya dalam jiwamu.
Namun tidak semua manusia dapat menerima dan merasakannya, begitu banyak yang lari dan mencoba menghindar, mereka yang menghindar karena merasa paling mengerti akan segala pengetahuan dan hapalan yang ada dikepala mereka, dan kadang mereka melawan dengan segenap kekuatan nalar, yang sebenarnya hanya menciptakan awan mendung  sebagai penghalang cemerlangnya fajar yang mulai terbit. Mereka lari dari kesempatan untuk lahir sebagai jiwa yang suci dan pasrah, yang mengantar mereka dalam merasakan kedamaian hakiki.

Bait-bait itu datang dengan aneka warna dan ragam dalam hidup ini, Ia adalah kesakitan dan kesehatan. Kesakitan yang begitu parah dibalik nikmat kesehatan yang selama ini terabaikan. Ia adalah kesempitan yang pilu dibalik kesempatan yang selama ini tersia-siakan. Ia adalah kepailitan yang sulit untuk diterima dibalik kesuksesan yang tiada makna dalam berkat Ilahi. Ia adalah Ketidak berdayaan dibalik kekuatan yang pernah sempurna menyelubungi dirimu. 
Dan ia adalah getaran nurani yang terpancar dari dirimu sendiri tentang kebenaran, namun engkau selalu mengabaikannya dengan sejuta kesibukan  atas nikmat dunia yang melingkari hidupmu. Engkau menolak semuanya tanpa kesadaran. 


::: “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami.”
(QS.10 ayat: 07):::


::: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan”.
(QS.10 ayat: 09):::


::: “Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka”.
 (QS.10 ayat: 11):::

Akhirnya hanya mereka yang memahami bait-bait ini yang tetap tegar dalam nuansa damai, dan memandang segala arah sebagai kebahagiaan yang hakiki.  Mereka menerima apa yang datang dengan ketulusan lalu menjadikan semua itu sebagai guru dalam kehidupan mereka. Merekapun bangkit dan menuju pencerahan sejati. Dan semuanya dimulai dari keikhlasan, kesadaran dan kerelaan, walau kadang ada yang datang dengan kesakitan, kemalangan, kesempitan yang beraneka warna.



Demikianlah suguhan dariku untukmu....
semoga engkau berkenan untuk memahaminya...

Sahabatku...
Lihatlah di sekitar gubuk ini akan panorama alam yang mempesona...


dengarkanlah dengan jiwamu akan bisikannya melalu angin yang sepoi-sepoi..
mengertikah kamu dengan bisikannya..? saya memakluminya jika kamu tidak paham akan semuanya.
kamu terlalu lemah lantaran kelelahan dalam gerak hidupmu yang tiada selangkah pun selaras dengan alam..
kamu terlalu naif unuk memahami pesan alam karena jiwamu terbalut sekat-sekat keinginan yang tiada berujung..



dengarlah sobatku.. Alam ini memberikan apapun yang kamu inginkan..
bahkan dia telah menjadi cinta yang sesungguhnya, olehnya ia tidak menuntut banyak namun hanya memberi..
namun ingatlah, jika semua penghuni alam ini tidak pernah berhenti sedetak saja untuk singgah di hati mereka..
melihat dan membaca pesan alam, maka suatu ketika alam akan bicara: "Wahai hamba Tuhan yang serakah.. Aku sudah tidak punya apa-apa lagi untuk kuberikan kepadamu" dan disaat itulah alam pun akan menutup riwayat pengabdiannya dan kembali kepada asalnya...

Singgahlah di hatimu..
maka kamu akan mengerti tentang hidupmu yang sebenarnya...
ketika engkau berkelana di sebuah kampung yang asing  bagimu, maka penduduk kampung itu akan sibuk menyapamu dengan berbagai pertanyaan; siapakah dirimu, dari mana asalmu dan untuk apa engkau hadir ditengah-tengah mereka, mereka berharap sesuatu darimu  namun mereka sendiri tidak mengerti apa yang mereka cari..


Namun itu hal yang lebih baik jika dibandingkan dengan kehadiran pertamamu di alam ini..




Ketika engkau terlahirkan dari alam ketuhanan dan melewati  alam rahim  dengan wujud sebagai manusia, engkau tidak pernah di tanyakan tentang dari mana asalamu, untuk apa engkau hadir di alam ini, dan apa yang engkau bawa dari alam asalmu. bahkan sampai engkau dewasa dan engkau sendiri akhirnya menjadi seperti mereka. 


ketahuilah.. sesungguhnya asalmu adalah dari alam keabadian, engkau hadir untuk membawa pesan dari sang Abadi agar manuisa mengingat kembali alam keabadiannya dan sadar dari mimpi dunianya, dan semua itu terpahat indah tanpa kehilangan satu kalimatpun di relung hatimu yang terdalam, itulah pintu istana keabadian. Engkau seharusnya tidak lupa dengan pintu itu, lantaran itulah jalan asalmu dan juga jalan kembalimu. tetapi engkau telah menjadi seperti mereka.. tenggelam dalam cengkraman materi lalu menciptakan visi baru bagi hidupmu seolah hidupmu tidak akan berakhir.. bahkan engkaupun tidak bertanya pada bayi mungil yang ada dalam pangkuanmu.. engkau malah  menciptakan tujuan hidup yang semu bagi dirimu lalu mengajarkan kekonyolan tersebut pada keturunanmu.

Singahlah di hatimu..
hatimu yang terdalam adalah gerbang cahaya, ia terpancar dari cahaya ketuhanan.
dan ketahuilah, apapun isi alam ini semuanya berasal dari cahaya yang dalam bahasa ilmia disebut dengan cahaya elektron; elektron inilah yang membentuk atom dari dunia fisik. Desain geometrik dan kecepatan aksi di sekitar inti pusat membangun  jenis atom juga tingkatan  vibrasi (getaran). dan hasilnya adalah : Planet, manusia, hewan, tumbuhan, pohon-pohon.  Semua memancarkan tingkat getaran tertentu. Yang padat memilki tingkat vibrasi  yang lebih rendah dalam spektrum cahaya.


Sahabatku..
Kamu akan memahami semuanya, bahkan rahasia Tuhan akan diberikan kepadamu jika kamu membuka hatimu lalu menemukan jalan dimana jalan itulah yang awal mula engkau terciptakan, bukan dirimu yang sekarang karena sosokmu sekarang hanyalah perulangan dari jiwamu yang berkelana mencari jalan itu tanpa engkau pahami sedikitpun. 

Jika engkau menemukan jalan itu, yakni jalan cahaya, itulah hakikat kebenaran yang tertinggi. Dan itu berada di dalam dirimu sendiri mana kala engkau mau singgah ke hati. 
Engkau akan terbebas dari ruang dan waktu, karena keabadian tidak mampu di selimuti ruang dan waktu.. renungkanlah segala apa yang aku sampaikan kepadamu... niscaya engkau akan memahami dengan sempurna adanya.

Setiap partikel di alam ini senantiasa bergerak menuju tingkatan (dimensi) yang lebih tinggi (sempurna), demikian juga alam semesta dan seisinya, semuanya bergerak dari dimensi "eksistensi alam semesta fisik  dalam ruang dan waktu"  menuju pada dimensi "keseimbangan di atas jembatan yang namanya cinta sebagai penghubung antara dunia materi dan dunia ruhani  yang terbebas murni dari dualitas" yang akhirnya bermuara pada kesatuan yang abadi.. Itulah sebuah keadaan yang penuh cinta dan damai yang apabila dibahasakan maka tidak ada satu kalimat pun yang tepat untuk membahasakannya, Para utusan langit membahasakannya dengan bijak yakni :  Tuhan.
Terimakasi dan Wassalam....

Selengkapnya...

Lihatlah lebih dalam..

Aku ingin merangkai syair..
lalu mencari seorang wanita yang mabuk untuk melantunkannya..
Aku ingin lantunannya begitu menggemah, karena Ia masih buta tentang hidup ini...
Aku ingin Ia mengerti tentang makna mencintai dan di cintai.. olehnya ia harus berteriak sekeras mungkin. 
Berteriak dalam irama kelembutan tentunya. 
Hai wanita mabuk... 
dendangkanlah syair berikut ini buat lelaki yang menyentuh hatimu.. 




Hei.. Kamu..
Yang ingin jadi teman hidupku...

Janganlah terlena dengan rupaku, karena saat ini engkau lagi mabuk, dan masih ada jarak diantara kita, ketika jarak dicabut AKAD lalu sadarkan dirimu akan hadirku seutuhnya, maka engkau akan sibuk membandingkan segala rupaku dengan berbagai tatapan liarmu pada sosok yang menggairahkanmu...

Janganlah terpedaya dengan aroma yang kutebarkan dari setiap lakonku dihatimu yang masih buta, karena bila engkau terjaga kelak, engkau kemungkinan  begitu lemah dan  lebih sering menjadi biang keributan pada setiap masalah yang membutuhkan setitik kesabaran.

Jangan pula engkau sibuk menyanjungku dengan mutiara indah dari alunan kalimat semu, karena engkau masih terlalu lugu untuk menjadi pujangga berhati lembut. Bila kelak engkau dirundung kalut dan kebosanan, maka diam dan keacuhanmu adalah kebiasaan amarahmu dibalik pancaran ego yang menyelubungi jiwamu.

Olehnya...

Milikilah diriku seperti engkau menjadi telaga dan akulah mata airnya.. satu dalam kesatuan lalu mengalir dalam kesejukan, memberi minum pada makhluk yang dahaga tanpa pamrih, menjadi sumber kehidupan dalam cinta adalah karakter dasar berpondasikan tulus dan sabar.

Milikilah diriku seperti angin yang merangkul awan, lalu meneteskan bait-bait kedamaian untuk menyejukkan jiwa-jiwa yang tandus di alam ini.

Milikilah diriku seperti seorang penari yang belajar memiliki dan menguasai tariannya. Perpaduan keduanya tidak melebihkan satu pihak sedikitpun.. Alam adalah musiknya ketika kita bergerak mengiringinya.

Dan milikilah diriku seperti pelita yang memiliki cahaya, memancar dalam kegelapan hati  bagi jiwa-jiwa yang ingin mencari cahaya diri, lalu merangkul dalam sabda cinta untuk dendangkan syair kehidupan bertajuk kasih..

Kelak Nanti...

Bila kita berbeda rasa..
Jangan jadikan dirimu seperti singa, lalu memandangku bagai rusa betina yang ingin engkau terkam.
Tapi pandanglah aku seperti gelombang yang menderu dipinggir pantai, lalu datangilah aku dan menarilah diatasku,  karena ku tahu engkau adalah peselancar yang tangguh..

Bila kita enggan menyapa..
Janganlah anggap hadirku seperti kembang plastik yang hanya bisa dijadikan pajangan, tanpa disiram dan tanpa di sentuh, lalu dilumuri debu kebencianmu.
Tapi pandanglah hadirku seperti sebatang pohon mangga didepan rumahmu, walau kurang menggapai pedulimu, aku tetap memberikan kerindangan dari teriknya sang mentari, dan terkadang engkau begitu bahagia menikmati aroma buahku.

Bila kita terhanyut duka..
semua karena nestapa dalam gelombang hidup yang menerjang, maka janganlah kita saling menyalahkan, lalu engkau tenggelam dalam murkamu seolah akulah dewi kemalangan yang datang menyelimutimu dalam musibah.
Tapi jadikanlah hadirku sebagai sosok yang pernah membuatmu ber-ikrar janji untuk senantiasa di sisiku, menemani hari kelabuku, melindungiku dari getirnya hidup, menjadi nahkoda bahtera cinta kita.

Dan bila Tuhan menganugerahkan kita putra putri, maka mereka bukanlah sebatas buah hati kita, tetapi mereka juga mutiara hidup kita bahkan lebih, sehingga jikalau nanti ada sikap dan kalimatku yang membuatmu benci, maka pandanglah mereka. Disana engkau akan menemukan...
...tulusnya kasihku...
...murninya cintaku...
...ikhlasnya pengorbananku...
pada tatapan mata mereka yang polos, pada tawa dan canda mereka yang lucu, pada tangis dan manja mereka yang mengundang rasa gemes.
Rasakan hadir mereka yang melahirkan hangatmu senyata mungkin, nikmati nuansa damai ketika bercengkrama dengan mereka, lalu renungkanlah..

Jika mereka memiliki seorang ibu yang lagi bersedih hati dan menunggu sapamu dalam kasih yang abadi, di balik tulusnya senyum hangatmu yang membuatku terkesima sejak dulu.

Dan bila engkau bisa membawaku di padang kedamaian, menyaksikan nyanyian rusa di ufuk purnama, mendengarkan dendang cendrawasih di kedalaman jiwa.. saat itu aku ingin menari.. aku ingin menari diatas dadamu yang seluas samudera karena kebencian telah punah dan terkikis darinya..
Aku juga ingin memahat syair-syair cinta di hatimu yang bening, karena ketulusan telah mekar didalamnya.

Dan aku ingin menulis sepucuk surat cinta buatmu..
Maukah kamu membacanya..?





Demikianlah Rangkaian syairku untuk engkau renungkan..


Aku juga ingin merangkai syair buat seorang pria yang lugu..
Aku ingin ia dapat memahami cinta di hati wanita.. lalu mengajarkannya padaku..
lelah sudah aku mencari pria itu..
namun di ujung harapan, aku mendapati seberkas goresan indah dari seorang laki-laki lugu yang membuat istrinya menangis...( syamsudiin dalam kisahnya di http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/04/21/astaghfirullah-aku-telah-membuat-isteriku-menangis)

Tiga  tahun dalam mengalun bahtera rumah tangga, ia mencoba mengajak istrinya untuk evaluasi perjalanan cinta mereka, mengkaji dan melihat lebih dalam lagi akan pribadi masing-masing. Mereka menyepakati untuk membuat sebuah daftar yang berisi dua bagian ; "Hal yang disukai" dan "Hal yang tak disukai" dari pasangan. mereka pun meramunya dari hal-hal keseharian dalam hidup masing-masing. 
di ujung waktu yang telah di tentukan, ternyata sang istri tidak mampu menyelesaikan dengan alasan Takut....
Sementara sang suami telah menyiapkan sebuah amplop tertutup yang berisi daftarnya sendiri..Masih banyak cara lain bagi kita untuk saling memahami, demikian alasan istri... 
Hingga memasuki tahun ke lima, mereka menjalani rumah tangga sebagaimana layaknya pasangan lainnya..
berikut ungkapan sang suami ;


Lima tahun berlalu dengan damai, kami telah melalui hidup berkeluarga sebagaimana orang lain menjalaninya. Perjalanan penuh cinta, sehingga melewati batas-batas pengungkapan berupa kata, pengejawantah dari keagungan makna yang bukan sekedar sebutan. Semuanya mengalir tanpa guncangan yang berarti, paling hanya sealun riak kecil setara hembusan angin mengguncangkan dedaunan di ujung ranting. Kekuatan yang justru sebagai penghadir satu simfoni baru menuju irama kehidupan yang lebih indah.
Sampai akhirnya kami terdampar di era jejaring dan media sosial. Sebuah zaman dimana yang jauh bisa menjadi dekat sementara yang dekat menjadi jauh, dimana tweet dan status jadi gumaman. Ketika itu isteriku mulai meragukan arti komitmenku, sebagaimana keraguannya akan ketulusan yang tak pernah terungkapkan. Sebab cintaku hanya memenuhi hati dan kesadaran bukannya berupa tebaran kata apalagi suara.
Upaya pembelaan dirilah yang membawaku ke perhentian terakhir lima tahun yang lalu, sebuah amplop putih tertutup rapat yang telah terpendam nyaris terlupakan di lemari arsipku kembali kuangkat ke permukaan. Sebagai bukti bagaimana seharusnya isteriku memahamiku. Amplop itu berisi daftarku, meskipun tanpa pertukaran aku akan menyerahkannya. Menyerahkan untuk dibuka oleh isteriku hari ini. Ada keraguan dan sedikit rasa takut dalam dirinya mengiringi, takut akan adanya hal-hal yang menyakitkan di dalam sana, sebab satu bagian dari daftar itu adalah hal-hal yang tak kusukai darinya!
Gemetar tangannya melakukan itu, sobekan sayap penutup amplop di bagian belakang telah memunculkan celah tempat keluarnya dua lembar kertas biasa yang kuisikan lima tahun yang lalu. Salah satunya sebuah daftar empat kolom dan tiga puluh lima baris dengan judul : Daftar Hal-hal yang Kusuka dan yang Tidak Kusuka dari Orang yang Sangat Kusayangi :  ! Pada bagian ‘Yang Kusuka’, aku hanya menulis Keseluruhan Dirimu! dan pada bagian ‘Yang Tidak Kusuka’ kutuliskan  Nihil.


Pada lembar yang lain tergurat seuntai bait : Setiap kali kutambahkan satu hal yang tidak kusuka darimu dalam daftarku, aku harus menghapus dua kebaikan yang kumiliki! Oleh sebab itu kusadari, kalau sesungguhnya tak ada yang tak kusuka darimu, karena di saat kita mencintai seseorang segalanya akan tampak baik dan kita akan menerima apa adanya!



Kulihat segumpal air bening mengalir dari kelopak matanya, berjatuhan berwujud tetesan, yang setiap tetesnya mengabarkan ribuan makna.
Sebentuk harap dari sudut terdalam lubuk hatiku, semoga apa yang dirasakan isteriku hari ini juga bisa engkau rasakan wahai wanita Indonesia, tatkala diposisikannya engkau yang bukan di belakang, bukan di bawah, tetapi di sisi rusuk orang tercinta, darimana awalnya engkau bermula.
Selengkapnya...

Tarian Kehidupan

Akulah sang penari..
Menari diatas lautan menjemput badai..
Mengayuh sampan nyanyikan rindu..
Berbiduk kayu jelajahi samudra kehidupan..


Bila bidukku hancur diterjang gelombang..
aku masih bisa menari dengan ragaku..
lalu menyelam kedasar samudra..
untuk temukan mutiara cinta..
dan bila ragaku terhempas dari jiwa..
saat itulah aku menari menembus alam..
dalam lautan cahaya cinta..

Aku indah dan elok..
karena aku adalah tarian..
Aku kuat dan perkasa..
karena aku adalah sang penari..

Akulah Tuhan, dan alam semesta adalah tarianku..
engkau tidak bisa memisahkan Aku dan tarianku..
karena Aku meliputi segalanya..

demikian sabda Sang penari Sejati..

Bila mentari enggan bersinar..
lantaran mendung enggan berlari..
aku masih ingin menari..
menari dalam kegelapan tanpa arah..
merangkul semak-semak liar nan berduri..
hingga harapkan perjumpaan dalam dendang rindu..
dengan cahaya penerang kegelapan..

Di ujung bumi seberang lautan..
kudapati tarian bertajuk duka..
Langkah geraknya pun semakin pilu..
dalam memahami arah hidup..

Oh.. bukan hanya seorang..
tetapi dua, tiga, bahkan lebih..

Semuanya menari dalam irama  kehidupan yang sama..
namun berbeda dalam gerak, warna dan rasa.

Lihatlah tarian sang bocah..
bertelanjang kaki melawan waktu..
korbankan takdir masa bahagianya, karena ia paham itu bukan takdirnya..
mengulurkan tangan mengharapkan kasih, agar dagangan terjual habis..
buat si emak yang bersedih hati, renungkan nasib lantunkan tanya..
mengapa Tuhan abaikan kita..

Pandanglah tarian si abang kumis..
berjas hitam berdasi mengkilat..
bermobil mewah kuasai jalanan..
mengemban amanah segala harapan..

Ia mengaku yang paling bisa..
lantaran mengerti semua tarian rakyat..
lakoni hidup dengan topeng kebodohan..

Di ujung waktu, janji tak tertepati..
akhirnya lelap dalam keserakahan..
binasalah badan, tanda keadilan telah bersemi..
di balik teralis ia kusut dan tak bisa menari..
lantaran ia bukanlah penari yang bijak..

Ini tarian di ambang senja..
di kolong langit seberang sungai..
pada sebuah gubuk reot berwajah kumuh..
seorang kakek kisahkan dongeng..
buat sang cucu yang di rundung duka,karena ayah telah tiada..
Dongengkan cerita tentang nirwana bertaburkan istana..
kisahkan sang ibu yang tiada kembali, lantaran damai di pangkuan Ilahi..

Sang cucu terlelap diperaduan malam..
siapkan diri merangkai tarian, karena hidup masilah panjang..
untuk sebuah ketidakpastian, dalam warna juga kemelut..

Inilah tarian si pendekar mabuk..
hunuskan pedang berwajah garang..
kesabaran punah lantaran kemarahan..
menghakimi siapapun atas nama Tuhan..

Demi karcis ke lembah surga..
membungkus dendam atas nama jihad..
menyabet belati cecerkan darah..
membantai siapapun seperti binatang..

Wahai jiwa yang mengerti kebenaran..
marilah sejenak lantunkan do'a..
buat jiwa yang lagi liar dalam keserakahan, merasa benar akan segala tindakannya..
karena mereka tak mengenal Tuhan, kalau  Tuhan adalah makna tertinggi..
pada sebuah esensi yang namanya Cinta..

Inilah kisah sang pelaut..
merajut birahi disetiap kesempatan, tatkala jangkar mengait batu karang..
di ujung dermaga kapalnya berlabuh, labuhkan juga segala angan-angan.

Sang pelaut berdalih untuk bersedekah, olehnya ia ingin bercinta..
terpikat pada lekukan tubuh menawan..
dari sang pelacur yang telanjang..
dipojok kamar singkapkan tirai..
sang pelacur  menebar senyuman geloranya..

di atas kasur berbantal empuk,
sang pelacur mendesah manja..
merintih dalam birahi..
pancarkan hasrat nikmat..
hingga getarkan ubun-ubun..

sang pelacur menatap tajam..
pada bagian yang menginduksi rasa..
lalu menerkam dan mengapit erat..
pada setiap gesekan demi gesekan..
lalu mengiringinya dengan erangan sendu..

menari bagai di atas pelana kuda..
menjerit dalam dahaga sensual...ohh..ya..
sekujur tubuhnya mendidih nikmat tiada tara..

Akhirnya terkapar di atas dada..
dalam puncak rasa yang begitu dalam..
oleh semburan hangat dalam erangan sang pelaut..

Usai sudah satu babak adegan bercinta sang pelacur..
buat si budi yang sudah seminggu tak sekolah..
sang pelacur bahagia dalam rasa dan realitas..
lantaran uang sekolah sibudi anaknya, telah ia dapati..

Akulah diri yang mengerti asalku..
kisahkan tarian semaikan makna..
agar tarianmu indah di pandang..
dalam selaras berirama cinta..

Kusentuh jemarimu dengan sebuah ajakan..
agar kita beradu pandang..
kuhadirkan senyum ceriakan wajahku..
tanda hatiku begitu damai..

Ingin kusalurkan rasa bahagia..
di kedalaman hatimu yang lagi murung..
membakar gelisahmu yang teramat bodoh..
mengusir nestapamu yang kian usang..
karena pintu langit kini telah di buka..

Usalah dirimu hanyut dalam ketakutan..
karena siksa kubur telah tiada dan tak akan ada lagi..
mungkar dan nangkir pun kini menjadi pengangguran..

Semuanya karena cinta diatas cinta..
yang terpancar dari Cahaya di atas Cahaya..
Selengkapnya...

Senyumlah, Maka kamupun Bahagia..

Aku begitu mengenal parasnya..
Tajam tatapan terbalut ayu wajahnya yang menawan..
Saya tak mau berkedip untuk sekedar menjaga fokus tatapanku..
Dan ketika kami beradu pandang, saya pun memekarkan senyum bahagia dari dasar hati, lalu menunggu balasan senyum itu.

Ah.. Ternyata dia malah mengkerutkan alisnya lalu menampakan reaksi yang kurang damai.. Ada apa dengannya..? semahal itukah senyumnya.? Bukankah dia begitu bersahaja ketika setiap bulan saya antri di depan counternya untuk menyicil kredit bulanan rumah saya.?



 Hmmm.. Akhirnya saya paham, dia hanya tersenyum dalam mekanisme dari sistim yang mengaturnya, dia tidak diajarkan untuk tersenyum dengan hatinya sehingga senyumnya dapat melintasi ruang dan waktu.

Dari kejadian itu, muncullah sebuah tanya ; mengapa orang begitu susah untuk tersenyum atau membalas senyum kepada orang yang belum dikenal ? dan jawabannya karena mereka terlalu banyak berpikir dan kurang dalam rasa, yahh.. kurang belajar dan memahami sebuah rasa dari energi senyum yang begitu membahagiakan.

Pergulatan hidup yang memang tidak pasti, telah memacu daya pikir manusia untuk berkreasi dengan segala daya nalar yang melelahkan, ada yang sekedar bertahan, namun ada yang begitu lelah dalam menapaki hidup ini sehingga untuk tersenyum saja mereka sudah tidak sangup lagi, mereka kehilangan energi kedamaian dan kebahagiaan.. memprihatinkan.


Seorang gadis tuna rungu (tuli) merasa begitu hampa dan kosong dalam hidupnya, dunia terasa begitu sunyi dan hening tanpa makna sehingga membawa hidupnya dalam kelabu. Suatu ketika ia diterima bekerja pada sebuah tokoh kembang, lantaran kurang sempurna dalam komunikasi, ia ditempatka pada bagian pengantaran. Rupanya ini adalah awal baru dalam merubah hidupnya, Setiap kembang yang ia antar selalu disambut dengan senyuman ceria. Dan keceriaan dari senyuman itu mampu membuatnya bahagia.. dia sangat menikmati keceriaan itu, dia begitu tenggelam dalam senyuman bahagia tersebut. Dan terkadang ia berlari kecil dalam sukanya setiap kali mengantarkan kembang-kembang itu, dia yakin di ujung jalan sana ada sebuah senyuman yang menantinya..

Senyuman itu telah membuat warna baru dalam hidupnya..
Senyuman itu telah mengisi kekosongan hatinya dengan damai yang tak termaknai dengan kata-kata..
Di ujung episode kesendiriannya.. ia telah membuat seorang pria jatuh hati padanya karena senyum-nya..

Dalam sebuah kesempatan, ketika saya bertemu dengan seorang kerabat, Ia pun bertutur tentang segala deritanya, kesulitan dan tekanan hidup yang seolah Tuhan pun sudah tidak peduli dengannya.
Saya lantas menyuruhnya untuk menarik nafas ;
"Coba tarik nafas yang dalam secara perlahan, tahan beberapa detik, lalu lepaskan melalu mulut secara perlahan" segera dia pun melakukannya
"Sekarang coba pejamkan matamu dan lepas segala keadaan hidupmu dan tersenyumlah."
"Saya tidak bisa melakukannya" sahut dia
"Yaa. tidak bisa karena engkau memikirkan situasimu, lepaskan semuanya, lepaskan dan ambil langkah tidak peduli, lalu mekarkan senyummu, kembangkan dan kembangkan seperti merekahnya sekelopak bunga di taman, ciptakan senyum yang terindah dan katakan pada semesta ; saya sangat bahagia sekarang! dan rasakan reaksi energi itu."

Sesaat dia mencoba melakukannya dan berikut reaksinya ;
Wah.. Ajaib.. aku merasa agak tenang, kok bisa ya..?
Tentu saja bisa, karena engkau melepaskan bebanmu.
Melepas beban bukan berarti meniadakan dan lari dari tanggung jawab.
Anda ibarat berladang, lalu sibuk merenung dibawah pondok mungil di tengah ladangmu.
Engkau beitu risau dengan segala hama yang mungkin akan datang atau pada nasib panen yang akan datang, padahal hama dan panennya belum tiba tetapi anda sudah menciptakan kerisauan diwaktu yang akan datang lalu membawanya pada keadaan sekarang, itu adalah ketidak bijakan dalam memaknai hidup.  


Saatnya untuk tetap tersenyum...
tersenyumlah.. Senyum.. Nyengirlah.. Nyengiiiiiirrr dan rasakan bahagiamu...

Karena bahagia adalah sebuah karunia sejati yang diraih dengan satu syarat yakni ; "MAU BAHAGIA TANPA SYARAT" hanya itu. Jika engkau tidak mampu, maka buatlah orang lain bahagia dengan senyummu..

Selengkapnya...

::: Narasi perjalanan menuju Tuhan :::
(Scr Narasi : Attar )
Luangkan waktu anda sejenak... Rilex dan tenang dalam damai lalu dengarkan alunan NARASI dibawah ini..... Pahami dengan hati dan Renungkan hikmahnya Semoga bermanfaat..........Tq.
.